Bailout akan membuka jalan untuk mendapatkan pendanaan baru dan memudahkan Sri Lanka mengatur restrukturisasi utang negara sehingg kondisi keuangan lebih stabil sejak gagal bayar tahun lalu. Hal ini juga mungkin menjadi pertanda baik bagi Zambia dan Ghana.
China telah menjadi kreditor terbesar negara-negara berkembang selama dekade terakhir, dan memegang kunci penting dalam pembicaraan restrukturisasi utang. Sebagian besar penyaluran pinjaman itu dilakukan oleh bank-bank BUMN China.
Kemarin (6/3/2023), Menteri Keuangan Amerika Serikat (AS) Janet Yellen menyatakan dukungan untuk Sri Lanka dalam program IMF usai percakapannya dengan Wickremesinghe. India dan anggota Paris Club juga telah memberikan dukungan restrukturisasi utang Sri Lanka.
Menurut penelitian oleh School of Advanced International Studies di Universitas Johns Hopkins, pinjaman China ke Sri Lanka menyumbang hampir 20% dari utang luar negeri Sri Lanka pada Mei 2022. Sementara pinjaman Bank Dunia (World Bank) dan Bank Pembangunan Asia (Asian Development Bank/ADB) masing-masing memilikin porsi 10% dan 15%, dan Jepang 8%.
--Dengan asistensi Zhang Dingmin, Tom Hancock, dan Karthikeyan Sundaram.
(bbn)