Bloomberg Technoz, Jakarta - Direktur Utama KAI Commuter, Asdo Artriviyanto mengatakan, tarif Kereta Rel Listrik (KRL) Jabodetabek berpotensi mengalami kenaikan, namun dirinya belum menjelaskan dengan lengkap ihwal waktunya.
“Kita kan terakhir naik di tahun 2016, sekarang belum, ada kenaikan tapi tunggu tanggal mainnya. Akan ada kenaikan, ada, tapi tunggu tanggal mainnya,” ujar Asdo dalam agenda Konferensi Pers Performa KAI Commuter Tahun 2023, Kamis (11/1/2024).
Menurut Asdo, keputusan untuk menaikan tarif bergantung pada pemerintah sebagai regulator. Saat ini pun keputusan tersebut masih dalam pembahasan, sehingga KAI Commuter sebagai operator hanya menunggu keputusan yang bakal ditetapkan.
Walaupun tarif KRL Jabodetabek belum mengalami kenaikan, Asdo mengatakan, operasional KAI Commuter seluruhnya ditanggung oleh pemerintah melalui skema public service obligation (PSO). Sebab, KAI Commuter merupakan operator yang mendapatkan penugasan layanan commuter line.

“KCI ini mengoperasikan kereta api pemerintah melalui penugasan, jadi pembiayaannya itu adalah biaya operasi, baik itu bahan bakar minyak (BBM), perawatan sarana prasarana termasuk pembayaran krunya, plus margin 10% itu sistem PSO,” ujar Asdo.
“Jadi kita tidak khawatir, kalo naik ya naik aja, toh kita tergantung pemerintah kita kan penugasan. Masalah kenaikan tarif, kita dan dari pemerintah pihak regulator akan mengundang media. Akan ada kenaikan, ada, tapi tunggu tanggal mainnya,” pungkasnya.
Sebagai informasi, besaran tarif KRL Jabodetabek yang berlaku saat ini sesuai dengan Keputusan Menteri Perhubungan No 354/2020 tentang Tarif Angkutan Orang Dengan Kereta Api Pelayanan Kelas Ekonomi Untuk Melaksanakan Kewajiban Pelayanan Publik (Public Service Obligation/ PSO).
Dalam beleid tersebut, besaran tarif perjalanan commuter line Jabodetabek sebesar Rp3.000 untuk 25 km pertama, dan ditambahkan Rp1.000 untuk perjalanan setiap 10 kilometer berikutnya.
(dov/roy)