Hal yang kemudian direspon oleh netizen yang memberi komentar atas postingan Aksa. “Kaget gue. Kirain reinkarnasi,” tulis pemilik akun maulanaeriz11.
“Jenderal kebanggaan bangkit lagi,” tulis akun Akni Suzuran.
AI Berperan Lebih Luas Dalam Pemilu Lewat Deepfake
Dengan terus berkembangnya teknologi Deepfake pengguna makin memungkingkan untuk rekayasan wajah dan suara dari tokoh dalam format foto ataupun video. Beberapa negara dunia bahkan menyatakan bahwa AI Deepfake menjadi kekhawatiran tersendiri selamam periode pemilihan umum (pemilu), seperti disampaikan Anggota Kabinet Inggris pada Oktober tahun 2023.
Kolomnis Bloomberg, Mihir Sharma pernah menulis bahwa perhelatan pemilu di empat negara besar dunia, termasuk Indonesia, kini berjalan pada era digital yang makin canggih. Manipulasi dan konten disinformasi terus berkembang.
Pemilu era digital pertama kali terjadi pada tahun 2016 dimana manipulasi mulai rentan terjadi—mulai dari tingginya bot hingga munculnya berita palsu.
“Namun teknologi telah bergerak lebih cepat lagi. Disinformasi berbasis AI sudah mulai berkembang biak - dan semakin sulit dikenali sebagai berita palsu setiap bulannya,” tulis Sharma dalam kolom yang rilis akhir tahun 2023.
“Anehnya, menghentikan pesan-pesan semacam itu agar tidak menjadi viral menjadi lebih sulit ketika pesan-pesan tersebut tidak langsung terlihat menyinggung atau ekstrem.”
Pada tahun lalu ia mencontohkan bagaimana Capres Prabowo Subianto berbicara dalam bahasa Arab viral di media TikTok dan ditonton jutaan. “ Video tersebut merupakan hasil AI-deepfake untuk meningkatkan kredibilitas diplomatiknya (dan mungkin juga keislamannya),” pungkas dia.
(wep)