Namun, para analis menilai tekanan di pasar surat berharga negara yang diterbitkan pemerintah Indonesia akan segera mereda begitu kuartal satu terlalu. Para analis memperkirakan, setelah lewat kuartal 1-2024, emisi surat berharga negara RI akan lebih kecil sehingga mempengaruhi suplai di pasar yang bisa mendongkrak kenaikan harga obligasi.
Aksi 'ngebut' penerbitan surat utang di kuartal awal tidak bisa dilepaskan dari nilai utang jatuh tempo Indonesia yang cukup besar. Selain itu, ada juga faktor kebiasaan dari pemerintah selaku issuer menempuh front-loading untuk mengantisipasi perubahan dan ketidakpastian pasar ke depan demi mengimbangi kebutuhan belanja tahun ini.
Citigroup dalam analisisnya menyatakan, ada potensi pengurangan nilai emisi surat utang RI tahun ini di tengah sentimen pasar yang memprediksi bunga The Fed akan segera turun yang bisa menaikkan lagi pamor obligasi berdenominasi rupiah. Prediksi Citigroup, tingkat imbal hasil SUN 10 tahun bisa turun ke kisaran 6,3% dari posisi 6,71% hari ini.
Tingkat imbal hasil yang lebih rendah berarti biaya pinjaman yang lebih rendah juga bagi pemerintah selaku penerbit surat utang di mana itu akan positif juga dalam mendukung pertumbuhan ekonomi.
Dalam konteks Pemilu 2024, investor akan melihat secara cermat rencana belanja yang digadang oleh tiap kandidat pasangan calon presiden dan wakil presiden, untuk membantu pemodal memastikan proyeksi obligasi.
"Target kuartal pertama memang ada di level tinggi namun ada kebiasaan mengebut penerbitan surat utang untuk mendukung aktivitas [belanja] di awal tahun," kata Frances Cheung, Strategist di Oversea-Chinese Banking Corp di Singapura, seperti dikutip dari Bloomberg News, Kamis (11/1/2024).
Langkah mengebut penerbitan surat utang di awal tahun juga biasa ditempuh Kemenkeu sebagai antisipasi terhadap ketidakpastian pasar yang bisa mengganggu rencana penerbitan obligasi di sisa tahun.
Pada 2023, pemerintah menerbitkan surat utang lebih kecil ketimbang target yang dicanangkan di semua kuartal menyusul performa fiskal yang lebih bagus. Tahun ini kemungkinan hal yang sama akan kembali terjadi.
Analis CIMB Bank Violet Ooi dalam riset 4 Januari menyebut, secara kuartalan penerbitan surat utang RI tahun ini akan ada di kisaran Rp176 triliun-Rp186 triliun dua kuartal ke depan, yang mencerminkan penurunan rata-rata 25% dari kuartal satu ini sebesar Rp240 triliun.
Permintaan investor asing terlihat tinggi di awal tahun ini didukung sentimen pengguntingan bunga The Fed dan prospek penurunan defisit fiskal Indonesia tahun ini. Sampai data terakhir dari Kemenkeu, pemodal asing sudah memborong sekitar US$368 juta surat berharga sejak awal tahun, melanjutkan tren aliran modal asing masuk Desember lalu sebesar US$498 juta.
Lebih dari itu, pemerintah juga masih memiliki opsi memakai sisa anggaran di kisaran Rp11 triliun, sehingga penerbitan obligasi baru tidak terlalu mendesak.
Dalam paparannya, Menteri Keuangan Sri Mulyani menyatakan rasio defisit APBN pada 2023 menjadi yang terendah dalam satu dasawarsa terakhir.
Rasio defisit yang rendah itu membuat kebutuhan pendanaan pemerintah melalui penerbitan SBN juga lebih kecil, tecermin dari penurunan nilai emisi obligasi bersih tahun lalu yaitu hanya 70,5% dari proyeksi Kementerian Keuangan. Total pembiayaan APBN 2023 adalah Rp407 triliun. Angka ini adalah 96,6% dari target yang tertera dalam Perpres Nomor 75/2023 sebesar Rp479,93 triliun.
"Realisasi pembiayaan utang turun 41% dibandingkan dengan 2022," kata Sri Mulyani dalam jumpa pers di kantornya, pekan lalu. Sementara untuk 2024, target emisi SBN baru ditetapkan di kisaran Rp666 triliun.
Meski begitu, ada beberapa faktor lain yang perlu dipertimbangkan yang bisa mempengaruhi prospek penerbitan surat berharga negara tahun ini. Defisit rendah pada 2023 mungkin akan sulit diulang lagi, menurut analis Mega Capital Sekuritas.
"Sulit untuk mengulang lagi karena harga batu bara yang lebih rendah, juga ekspektasi pertumbuhan PDB [produk domestik bruto] yang rendah tahun ini di mana angka konsensus 4,9% dibandingkan dengan 2023 di 5%. Proyeksi kami, defisit APBN 2024 akan mencapai -2,3% dari PDB dengan total penerbitan SBN mencapai Rp1.228 triliun," jelas Lionel.
Selama 2023, harga batu bara bergerak di US$131,9 dibandingkan dengan harga proyeksi Kementerian ESDM 2023 sebesar US$201,1 per metrik ton.
(rui/aji)