Angka tersebut menjadi angin segar dibandingkan dengan masing-masing 86% dan 89% untuk laki-laki dan perempuan lajang pada 2015 lalu, yang merupakan terendah sejak studi dimulai pada tahun 1982.
Meski demikian, survei menemukan rata-rata jumlah anak yang diinginkan oleh para lajang turun menjadi 1,82 dari 1,91 untuk laki-laki, dan 1,79 dari 2,02 untuk perempuan.
Di Jepang, pengeluaran untuk perawatan kesehatan dan pensiun telah membengkakkan utang negara karena populasi yang menua.
Bagaimana di Negara Lainnya?
Problem serupa juga sudah atau akan terjadi di Amerika Serikat (AS), China, dan Jerman. Para ekonom mengatakan negara-negara ini dapat mengalami pertumbuhan ekonomi yang lebih lambat kecuali mereka meningkatkan populasi usia kerja mereka dengan menerima imigran, mungkin dari daerah dengan tingkat kesuburan yang lebih tinggi, seperti sebagian Asia dan Afrika.
Tingkat kesuburan yang lebih rendah - jumlah kelahiran hidup per wanita - juga dapat mengancam program jaring pengaman seperti pensiun dan perawatan kesehatan.
Mengapa Terjadi?
Banyak alasan. Dengan kemajuan di bidang pertanian dan kedokteran, orang kini bisa hidup lebih lama dan jauh lebih sedikit anak yang meninggal dalam usia muda.
Meningkatnya urbanisasi yang artinya keluarga tidak membutuhkan banyak anak untuk bekerja di ladang. Adapun kini lebih banyak perempuan yang menunda pernikahan dan anak untuk mempertahankan pekerjaannya dan pendidikan.
Para ekonom menemukan hubungan antara kesuburan yang rendah dan pendapatan yang lebih tinggi. Begitu output suatu negara per individu melewati US$ 10.000 per tahun, perempuan cenderung melahirkan tidak lebih dari dua anak.
Populasi Dunia
Populasi dunia mencapai 8 miliar saat ini, menurut perkiraan dari Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) seperti dilaporkan Bloomberg News pada November lalu. Pertumbuhan populasi tahunan sekarang berada pada tingkat paling lambat sejak 1950.
Perlambatan sebagian besar didorong oleh negara-negara kaya, di mana biaya untuk membesarkan anak mahal dan penurunan tingkat pernikahan, seperti di Korea Selatan hingga Prancis, yang juga menghadapi penurunan populasi karena turunnya angka kelahiran
PBB memproyeksikan bahwa dalam tiga dekade mendatang, jumlah orang di bawah 65 tahun di negara berpenghasilan tinggi dan menengah ke atas akan menurun sementara demografi yang lebih tua di atas usia tersebut akan bertambah.
Adapun PBB memperkirakan bahwa sebagian besar pertumbuhan populasi dunia di masa depan akan terkonsentrasi di negara-negara berpenghasilan rendah, sebagian besar di antaranya adalah negara-negara di Afrika sub-Sahara seperti Nigeria dan Ethiopia, serta negara-negara berkembang lainnya seperti India, Pakistan, dan Filipina.
(bbn)