“Korea Utara mengatakan akan mengerahkan (rudal balistik jarak dekat) dengan pasukan garis depan. Mengingat perdagangan senjata baru-baru ini, Korea Utara bisa menjualnya ke Rusia,” kata Shin kepada Yonhap.
Korea Utara pertama kali menguji CRBM pada April 2022 dengan perkiraan jangkauan sekitar 100-180 kilometer (60-110 mil), kata Shin. Kunjungan pemimpin Korea Utara ke pabrik amunisi yang dilaporkan oleh media pemerintah minggu ini mungkin ada kaitannya dengan perdagangan senjata dengan Rusia, tambah menteri pertahanan.
Lebih dari setahun yang lalu, AS menuduh Korea Utara memasok amunisi ke Rusia yang dapat dioperasikan dengan persenjataan era Soviet yang dikerahkan di Ukraina. Sejak itu, kerja sama tersebut telah berkembang hingga mencakup rudal balistik jarak pendek, kata AS pekan lalu. Moskow dan Pyongyang berulang kali membantah tuduhan tersebut.
Shin menambahkan aliran amunisi mungkin mencapai lebih dari 2 juta butir. Korea Utara diperkirakan telah memberikan sekitar 5.000 kontainer senjata ke Rusia pada akhir Desember yang dapat menampung sekitar 2,3 juta butir peluru kaliber 152 milimeter, kata menteri tersebut seperti yang dilaporkan Yonhap.
Citra satelit pelabuhan Najin di Korea Utara yang diambil dari bulan Oktober hingga Desember menunjukkan arus kapal yang terus mengalir di fasilitas tersebut, ratusan kontainer pengiriman sedang dimuat dan dibongkar, dan gerbong kereta siap untuk mengangkut barang.
Kapal-kapal yang berlabuh di sana tampaknya telah mematikan transponder maritim internasional yang dapat mengungkapkan lokasi mereka, karena mereka menempuh rute yang relatif pendek antara Najin dan Dunay, bekas pelabuhan kapal selam Soviet yang berjarak sekitar 180 km, menurut laporan Royal United Services Institute., sebuah wadah pemikir keamanan Inggris.
(bbn)