Sahamnya turun 1,6% pada Senin, waktu setempat, selama 11 sesi berturut-turut dan merupakan penurunan terlama sejak debut publik Starbucks pada 1992. Secara total, kemerosotan tersebut telah menghapus 9,4% nilai pasar Starbucks, atau penurunan hampir US$12 miliar (sekitar Rp185,78 triliun).
Statemen Starbucks Indonesia Terkait Boikot
Manajemen Starbucks membantah tudingan pro Israel ataupun membiayai perang Israel ke Palestina.
“Dengan tegas menyatakan tidak mendukung tindakan yang mengandung kebencian dan kekerasan. Sepenuhnya mendukung usaha perdamaian di dunia,” tulis Starbucks lewat laman resminya.
Manajeken Starbucks juga membantah tudingan terkait mantan CEO Starbucks, Howard Schultz yang memberikan dukungan finansial kepada pemerintah Israel.
“Starbucks maupun mantan pemimpin, presiden, dan CEO perusahaan, Howard Schultz tidak memberikan dukungan finansial kepada pemerintah Israel dan atau angkatan darat Israel dengan cara apapun. Rumor bahwa Starbucks atau Howard memberikan dukungan keuangan kepada pemerintah Israel atau angkatan darat Israel adalah tidak tepat,” ujar manajemen Starbucks.
(red)