“Secara teknikal, Bitcoin telah berhasil breakout dari level tertinggi sepanjang setahun terakhir di level US$45.500 yang saat ini akan menjadi area support. Selanjutnya jika mampu bertahan di atas US$45.500 berpotensi akan melanjutkan reli menuju ke US$48.000,” jelas Panji dalam riset yang diterbitkan.
Namun, apabila Bitcoin terkena sentimen pelemahan dari US$45.500, ada potensi penurunan menuju support US$44.500 serta support selanjutnya berada di level US$43.000
Mengutip data CoinMarketcap, Rabu (10/1/2024) pukul 15.30 WIB, gerak sejumlah aset kripto dalam 24 jam tercatat merah membara. Termasuk Bitcoin yang melemah 2,2% ke level harga US$45.494.
Adapun yang paling dalam penurunannya terjadi pada Avalanche (AVAX) yang mencatatkan koreksi mencapai 8,51% dalam 24 jam, dan terjungkal 17,1% dalam sepekan menuju harga US$33,92.
Selanjutnya, Solana (SOL) melemah 4,74% dalam 24 jam, dan ambles 10,12% dalam sepekan menuju harga US$97,25.
Dogecoin (DOGE) milik Elon Musk juga tengah bergerak di zona merah. Dengan mencatatkan penurunan 1,54% dalam 24 jam menjadi US$0,0785, dan drop 14,5% dalam sepekan.
Begitu juga dengan Altcoin unggulan lainnya, Shiba Inu (SHIB) yang juga dalam tren negatif dengan drop 1,17% dalam 24 jam menjadi US$0,000009401, dengan turun 11,25% dalam sepekan.
Sementara, pada saat yang sama kapitalisasi pasar kripto global juga ikut melemah 1% ke pencatatan US$1,7 triliun. Di mana tekanan ini juga didorong oleh volatil yang cepat dari Bitcoin juga Altcoin di 24 jam saat ini.
“SEC memiliki waktu hingga 10 Januari 2024 untuk mengambil tindakan terhadap setidaknya satu aplikasi dari 14 aplikasi ETF Bitcoin Spot yang telah diajukan. Namun, tidak menutup kemungkinan bahwa SEC akan menggunakan tanggal tersebut untuk mengumumkan sejumlah keputusan sekaligus,” tambah Panji.
Ada dua persyaratan yang harus dipenuhi sebelum ETF Bitcoin yang didukung Spot dapat memulai perdagangan. Pertama, SEC harus menandatangani apa yang disebut pengajuan 19b-4 oleh bursa yang akan mencantumkan ETF.
Kedua, regulator harus menyetujui formulir S-1 terkait yang merupakan permohonan pendaftaran dari calon penerbit ETF.
“Volatilitas pasar aset kripto akan meningkat pekan ini, jika ETF Bitcoin Spot disetujui berpotensi akan mendorong harga Bitcoin dalam periode yang singkat. Namun perlu diwaspadai, kemungkinan adanya aksi profit taking dan Sell on News,” lanjut Panji.
Panji juga menyebut, apabila keputusan ETF Bitcoin spot kembali ditunda atau ditolak, maka potensi penurunan dapat terjadi.
Di sisi lain, Amerika Serikat juga akan merilis angka Indeks Harga Konsumen (IHK) pada hari Kamis (11/1/2024), diikuti sehari kemudian oleh laporan Indeks Harga Produsen (IHP) dan investor juga mencermati petunjuk mengenai kemungkinan arah suku bunga The Fed.
Konsensus pasar yang dihimpun Bloomberg memperkirakan inflasi bulanan AS (month-to-month/mtm) sebesar 0,2%. Lebih tinggi dibandingkan bulan sebelumnya yang sebesar 0,1%.
Kemudian inflasi tahunan AS (year-on-year/yoy) diperkirakan akan meningkat mencapai 3,2%. Lebih tinggi dibandingkan November yang 3,1%.
Dengan inflasi yang masih ada di level tinggi, Bank Sentral (Federal Reserve/The Fed) diperkirakan sulit untuk menurunkan suku bunga acuan dalam waktu dekat.
“Peristiwa rilis data ekonomi AS pekan ini kemungkinan besar tidak akan berdampak signifikan pada pasar kripto, yang hanya akan berdampak besar pada keputusan SEC terhadap aplikasi ETF Bitcoin spot,” tutup Panji.
(fad/aji)