Logo Bloomberg Technoz

Bloomberg Technoz, Jakarta - Citigroup memproyeksikan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) akan naik 6% menjadi 7.750 pada Juni 2024. Hal itu imbas dari belanja Pemilu 2024 yang meningkat dan hasil pemungutan suara dianggap akan berjalan mulus. 

“Kami mempertahankan pandangan positif terhadap pasar hingga akhir semester-I 2024 karena berlanjutnya belanja pemerintah, pandangan positif terhadap likuiditas sektor perbankan, dan pemulihan belanja konsumen,” tulis analis Citi Ferry Wong dan Felicia Barus dalam laporannya dikutip Rabu (10/1/2024). 

Dalam laporan tersebut, pasangan nomor urut 2 Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming diprediksi akan memenangkan Pemilu 2024 untuk putaran pertama pada 14 Februari karena popularitasnya yang meningkat.

Jika skenario itu terjadi, maka kebijakan Presiden Joko Widodo (Jokowi) akan berlanjut. Ini menjadi sentimen tambahan untuk pergerakan IHSG.

Selain itu, indeks tersebut juga ditopang oleh kelanjutan kebijakan Presiden Joko Widodo.

IHSG Rekor

Head of Research Praus Capital Alfred Nainggolan memiliki optimisme serupa. Ia menargetkan IHSG 2024 pada level 7.500 - 7.700. Dengan demikian, IHSG akan menembus level tertinggi sepanjang sejarah di 7.377. 

Ekspektasi kenaikan IHSG 2024, kata Alfred, didasarkan oleh sentimen berakhirnya era suku bunga tinggi atau dimulai tren penurunan suku bunga yang diperkirakan awal semester II-2024. 

“Dimulainya kebijakan penurunan suku bunga tersebut akan menjadi tenaga yang kuat bagi pasar saham. Di sepanjang Januari-Juni 2024, kami berharap tidak ada perubahan trend pada data inflasi global khususnya Amerika dan berlanjutnya pertumbuhan ekonomi global,” imbuhnya.

Dari sisi domestik,  sentimen tambahan bagi IHSG di 2024 yakni kondisi makro ekonomi stabil seperti inflasi, nilai tukar rupiah, dan pertumbuhan PDB >5% dan stabilitas politik yang kondusif pasca pemilihan presiden.

Alfred menambahkan, sentimen atau faktor yang perlu diwaspadai adalah konflik atau perang. Jika terjadi eskalasi perang akan membuat dampaknya negatif bagi stabilitas global yang dapat menghambat rencana penurunan suku bunga karena terganggunya inflasi dan pertumbuhan ekonomi. 

“Sampai saat ini, pada level sekarang perang dampaknya masih terlokalisasi sehingga pengaruhnya ke stabilitas global masih kecil,” tuturnya. 

“Ekspektasi kenaikan IHSG di tahun 2024 juga akan disertai catatan net buy investor asing seiring mulai menurunnya risiko ketidakpastian dari faktor suku bunga. Menurunnya risiko ketidakpastian dari faktor suku bunga akan meningkatkan porsi kelas aset investasi beresiko pada emerging market seperti saham.”

Uptrend IHSG Jangka Panjang

Senior Technical Analyst Samuel Sekuritas Indonesia M. Alfatih mengungkapkan, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mulai meninggalkan area sideways 4.000-7.000 dan kecil kemungkinan IHSG akan mengalami crash. 

Alfatih menjelaskan, selama 10 tahun terakhir, tepatnya sejak 2013, IHSG mengalami masa-masa sideways. Ciri-cirinya, IHSG tidak mengalami tren naik secara terus menerus (uptrend) yang tercermin dari terbentuknya higher high atau higher low, maupun downtrend (lower high, lower low).

“IHSG akan mengalami secular uptrend, suatu uptrend yang berlangsung lebih dari satu hingga dua tahun. Dengan pola yang ada, maka potensi indeks mengarah ke 10.000,” kata Alfatih, dikutip Rabu (3/1/2024). 

Dalam pendekatan teknikal, kata dia, semakin lama masa suatu konsolidasi atau sideways, maka akan semakin besar tren yang akan terbentuk. Terdapat beberapa tantangan dan peluang yang dihadapi IHSG baik kondisi internal maupun eksternal.

“Kondisi internal, terutama masalah pemilihan umum. Namun, risiko politik rendah hingga moderat. Konsensus Bloomberg, target IHSG tahun 2024 berkisar antara 7.300-8.455,” ujarnya. 

(mfd/dhf)

No more pages