Dia juga mengatakan Korea Utara seharusnya "tidak lagi membuat kesalahan" dengan menganggap Seoul sebagai mitra untuk reunifikasi.
Kim berjanji Korea Utara siap untuk berperang, tapi tidak berniat untuk memulainya. Dia telah meningkatkan ketegangan dengan menembakkan artileri di dekat Pulau Yeonpyeong, Korea Selatan.
Pada tahun 2010, pulau itu mengalami serangan pertama di tanah Korea Selatan sejak akhir perang 1950-1953 ketika dibombardir oleh artileri Korea Utara. Yeonpyeong memiliki sekitar 2.000 penduduk, termasuk ratusan personel militer.
Agen mata-mata Korea Selatan mengatakan dalam sebuah pernyataan publik yang jarang terjadi pada akhir Desember bahwa mereka melihat Korea Utara melancarkan provokasi militer dan dunia maya.
Pasalnya rezim Kim bertujuan untuk menarik perhatian sebelum pemilihan parlemen Korea Selatan. Partai Kekuatan Rakyat pimpinan Yoon berusaha untuk merebut mayoritas di parlemen pada April dari blok progresif yang dipimpin oleh Partai Demokrat.
Korea Utara mempunyai kebiasaan melakukan uji coba rudal balistik dan perangkat nuklir bertepatan dengan pemungutan suara, karena hal ini bertentangan dengan politisi konservatif seperti Yoon yang mengambil sikap keras terhadap Pyongyang.
Korea Utara menyebut Yoon sebagai "pengkhianat boneka" dan mengancam akan mengubah Samudra Pasifik menjadi lapangan tembak sebagai tanggapan atas kerja sama militer yang lebih besar di antara AS, Korea Selatan, dan Jepang.
Korea Utara telah berhasil mendapatkan konsesi dari para pemimpin progresif di Korea Selatan dengan janji-janji kerja sama. Namun, janji-janji itu sering kali hanya berumur pendek.
Pasca periode pemulihan hubungan di bawah pemerintahan Presiden Moon Jae-in sebelumnya, Korea Utara kemudian mencap Moon sebagai mediator yang suka ikut campur.
Pyongyang mengabaikan seruannya untuk melakukan pembicaraan dan meledakkan kantor penghubung senilai US$15 juta di utara perbatasan yang menjadi simbol langkah pemimpin Korea Selatan untuk memperbaiki hubungan.
Kim telah menguji coba lebih dari 100 rudal balistik selama dua tahun terakhir di bawah pemerintahan Moon dan Yoon. Hal ini telah meningkatkan kemampuan Korea Utara untuk melakukan serangan nuklir ke AS dan sekutu-sekutu Amerika di wilayah tersebut.
(bbn)