“Di AS, The Fed mengisyaratkan akan menurunkan suku bunga kebijakan sebesar 75 bps di 2024,” ungkapnya.
Selain itu pasar masih mencermati perkembangan geopolitik ke depan, seperti eskalasi ketegangan di laut merah imbas dari konflik Palestina-Israel, serta penyelenggaraan pemilihan umum yang mencakup 50% populasi dunia terutama seperti AS, Uni Eropa, India, dan Taiwan.
Secara umum, sentimen di pasar keuangan gobal cenderung positif pada Desember 2023 didukung oleh ekspektasi penurunan suku bunga Fed Funds Rate (FFR) dan narasi soft landing di AS.
“Sehingga mendorong kembalinya aliran dana masuk ke emerging markets (EM) dan penguatan pasar keuangan global, termasuk pasar keuangan Indonesia,” paparnya.
Selanjutnya, ia mengatakan volatilitas baik di pasar saham, surat utang, maupun nilai tukar juga terpantau menurun.
Sementara di domestik, neraca perdagangan masih surplus dan PMI Manufaktur yang masih ekspansif menyebabkan leading indicators perekonomian nasional masih pada posisi yang positif.
Ia juga memaparkan, tingkat inflasi masih terjaga rendah di level 2,61 persen yoy. Namun Mahendra mengingatkan, bahwa masih perlu dicermati perkembangan permintaan domestik ke depan.
“Seiring masih berlanjutnya penurunan inflasi inti, penurunan optimisme konsumen, serta melandainya pertumbuhan penjualan ritel dan kendaraan bermotor,” tutup Mahendra.
(azr/ezr)