Salah satu bursa exchanger dalam negeri, TokoCrypto mengatakan bahwa industri kripto di Indonesia telah mendapat dukungan dari sisi regulasi - termasuk dimulainya peralihan peran pengawasan dan operasi dari Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi (Bappebti) ke OJK. Hal ini memberi optimisme baru bagi investor ataupun pengguna aset digital.
Potensi positif pasar kripto, lanjut VP Corporate Communication TokoCrypto Rieka Handayani, juga didukung oleh tingginya minat generasi mudah di industri.
“Generasi muda yang sangat familiar dengan teknologi digital cenderung lebih terbuka terhadap investasi dalam aset digital. Hal ini kemungkinan akan meningkatkan permintaan terhadap aset digital di masa depan,” jelas
Rieka mengatakan bahwa pada tahun ini pengembangan teknologi blockchain, web3, dan kecerdasan buatan (artificial intelligance/AI) menjadi menjadikan industri kripto lebih semarak.
“Teknologi blockchain telah memperlihatkan potensinya dalam mengubah berbagai sektor industri, termasuk keuangan, logistik, dan manufaktur. Ini telah mendorong lebih banyak perusahaan dan individu untuk mengadopsi teknologi blockchain. Selain itu, hadirnya Exchange-Traded Fund (ETF) kripto akan membuka pintu bagi lebih banyak orang untuk mengintegrasikan aset digital ke dalam portofolio investasi mereka,” pungkas dia.
Chief Executive Officer (CEO) Indodax Oscar Darmawan menambahkan industri kripto dalam negeri akan mengikuti gerak global, utamanya pada Bitcoin, dengan dua katalis rencana peluncuran ETF Bitcoin Spot dan sebentar lagi dunia memasuki periode halving.
"Untuk tahun ini, pergerakan Bitcoin diprediksi akan terjadi bull run," jelas dia. "Maka dari itu, kami menyarankan untuk memulai berinvestasi kripto dengan teknik dollar cost averaging," jelas dia.
Dengan dorongan Bitcoin, hal ini juga akan memengaruhi pergerakan harga koin-koin lainnya.
(wep)