Bloomberg Technoz, Jakarta – Realisasi produksi siap jual atau lifting minyak pada 2023 resmi meleset jauh dari target, dengan capaian hanya 612.000 barel per hari (bpd) pada 31 Desember dari bidikan sejumlah 660.000 bpd.
Kepala Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) Dwi Soetjipto, bagaimanapun, menyebut realisasi lifting 2023 tersebut masih tetap bisa dijadikan entry level yang cukup tinggi untuk mengawali pencapaian target 2024.
Pada 2024, sesuai dengan asumsi makro, lifting minyak ditargetkan mencapai 635.000 bph, turun dari target tahun lalu. Agar tidak meleset lagi, Dwi menyebut SKK Migas telah menyiapkan beberapa program prioritas hulu migas tahun ini.
“Salah satu fokus utama pada 2024 adalah kegiatan eksplorasi. Kami akan melakukan upaya berkelanjutan dalam menemukan cadangan baru. Belum lama ini, penemuan besar di Geng North dan South Andaman telah mencatatkan diri sebagai giant discovery pada 2023, hal ini mendorong semangat eksplorasi yang akan terus dilakukan pada 2024,” ujarnya melalui pernyataan resmi, dikutip Selasa (9/1/2023).
Di lain sisi, PT Pertamina (Persero) justru menetapkan target produksi minyak 2024 yang sedikit di bawah target lifting nasional tahun ini. Perseroan hanya menetapkan target produksi minyak sebanyak 627.000 bph untuk 2024.
Vice President Corporate Communication Pertamina Fadjar Djoko Santoso mengatakan target produksi minyak perseroan tahun ini meningkat 5% dibandingkan dengan target tahun lalu sebanyak 595.000 bph.
“Adapun, untuk target 2024 meningkat 7% bila dibandingkan dengan prognosis [Rencana Kerja dan Anggaran Perusahaan] RKAP 2023 yaitu 584.000 bph,” ujarnya kepada Bloomberg Technoz.
Untuk mencapai target tersebut, lanjutnya, Pertamina Subholding Upstream juga akan menjalankan beberapa inovasi termasuk pengeboran sumur minyak nonkonvensional (MNK) di wilayah kerja (WK) Rokan.
“Saat ini telah dilakukan pengeboran di Sumur Gulamo DET dengan target post drill pada Agustus 2024, kemudian dilanjutkan dengan tajak sumur kelok DET pada Maret 2024,” ujarnya.
Dari hasil tajak kedua sumur tersebut kemudian dilakukan Study Potential MNK untuk kemudian dilanjutkan dengan position paper untuk menentukan model bisnis serta pengembangan lanjut MNK.
Sulit Dicapai
Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mengakui target lifting tahun ini kemungkinan masih sulit dicapai, seperti yang terjadi pada 2023.
"Kalau minyak memang agak berat," ujar Menteri ESDM Arifin Tasrif saat ditemui, Jumat (5/1/2023).
Meski demikian, Arifin berharap, beberama potensi temuan cadangan gas besar di Indonesia pada 2023 akan jadi tumpuan di tengah tren menurunnnya produksi minyak.
Temuan cadadangan gas itu meliputi temuan Wilayah Kerja North Ganal, Kalimantan Timur oleh Eni SpA, yang memiliki poteni gas in place sebesar 5 triliun kaki kubik (TCF).
Kemudian, ada juga temuan gas dari sumur Eksplorasi Layaran-1, Lapangan Blok South Andaman oleh Mubadala Energy. Dalam temuan itu, Mubadala mengeklaim sumur itu memiliki potensi gas mencapai 6 TCF.
"Kita kan punya target 12 BSCFD 2030, itu dengan Masela, Geng north, Timpan, sama Layaran. Itu baru hitung-hitung 11,1, masih 0,9 lagi. Nah kita harus siapin infrastrukturnya," ujar Arifin.
Selain itu, dalam upaya menggenjot produksi minyak, Arifin juga mengupayakan pencarian cadangan minyak melalui sumur MNK.
Dia berharap, pengeboran dua sumur MNK yang saat ini dilakukan oleh PT Pertamina Hulu Rokan (PHR) di Blok Rokan, dapat segera membuahkan hasil.
"Kita sekarang lagi mengupayakan di Rokan, pada Juni mudah-mudahan hasil kajiannya ada kesimpulan. Sekarang rig-nya udah pindah ke sumur kedua, itu harapan kita."
Berdasarkan catatan Kementerian ESDM, MNK Blok Rokan sendiri diperkirakan memiliki potensi minyak in place hingga 1,26 miliar barel, dengan potensi MNK in place di kedua sumur tersebut mencapai 80 juta barel.
-- Dengan asistensi Sultan Ibnu Affan
(wdh)