Logo Bloomberg Technoz

Perseroan, kata Stevano, menargetkan peningkatan produksi 2,5 juta metrik ton nikel per tahun dari yang sebelumnya 2 juta ton pada 2023. Untuk peningkatan produksi, NICE akan mengeksplorasi tambang-tambang nikel baru dalam lima tahun ke depan. 

Dalam hal ini, perseroan telah menyiapkan dana yang berasal dari kas internal.

“Kami akan menggunakan kekuatan internal perusahaan, karena saat ini kami tidak memiliki utang. Jadi untuk dana eksplorasi pun kami akan menggunakan kas internal,” tambah Stevano.

Mengacu prospektus IPO AKP Nickel Mining, saham yang dijual merupakan saham divestasi. Sementara, pada umumnya, saham yang diterbitkan dalam IPO merupakan saham baru seri tertentu.

PT Sungai Mas Minerals dan PT Inti Mega Ventura adalah pemegang saham lama AKP Nickel Mining. Keduanya melakukan divestasi kepemilikannya di AKP Nickel Mining secara total sebanyak-banyaknya 1,22 miliar saham.

Saham divestasi itu yang dijadikan sumber emisi IPO dan dihargai pada level Rp438/saham. Sehingga, nilai IPO ini mencapai Rp532,78 miliar.

Namun, lantaran IPO ini adalah divestasi pemegang saham lama, maka dana segar hasil IPO tidak masuk ke AKP Nickel Mining.
Sebelum IPO, Sungai Mas Minerals memiliki 51% saham AKP Nickel Mining. Kemudian, Inti Mega Ventura memiliki 48,18%.

Keduanya melepas masing-masing 10% kepemilikannya dalam IPO tersebut. Sehingga, usai IPO, kepemilikan saham Sungai Mas Minerals dan Inti Mega Ventura di AKP Nickel Mining masing-masing terdilusi menjadi 41% dan 38,18%.

AKP Nickel Mining didirikan pada 2008. Perusahaan bergerak di bidang pertambangan bijih nikel melalui kegiatan eksplorasi melalui proyek nikel laterit yang merupakan kontributor utama dalam industri bijih nikel global. 

Tambang NICE terletak di Desa Lameruru, Kecamatan Langgikima, Konawe Utara, Sulawesi Tenggara, Indonesia, 180 km sebelah barat laut Kabupaten Kendari.

(mfd/dhf)

No more pages