Menurut riset analis VC Kyle Stanford dari PitchBook seluruh perusahaan tengah mencari keseimbangan usai mencatatkan investasi di 54.000 perusahaan di AS. Ia memprediksi industri ini masih turun dari level tertinggi dalam beberapa tahun terakhir.
Angka dukungan investasi 50.000 lebih startup, lanjut Stanford, “terlalu banyak” — meski segala keputusan VC lazomnya didasarkan atas seleksi yakni memilih startup yang berpeluang besar mencatatkan pertumbuhan di masa mendatang.
Para VC sepanjang tahun lalu juga mencatatkan kegagalan bertumbuh dalam hal penggalangan dana. Uang yang dikumpulkan turun hampir dua pertiga dari tahun 2022, atau sekitar US$160,9 miliar di dunia, atau US$66,9 miliar di AS.
Pada raihan kuartal akhir tahun 2023 kesepakatan VC dunia US$76,6 miliar, turun dari US$ 94 miliar setahun sebelumnya. Di AS kesepakatan turun menjadi US$37,4 miliar, dari periode sebelumnya US$39,8 miliar.
Penurunan nilai transaksi VC di Indonesia bahkan mengalami penurunan sekitar 70%-80% berdasarkan hitungan proyeksi AC Ventures dan Bain & Co dalam laporannya akhir tahun lalu. Investor hati-hati dalam mengambil keputusan meski pada awal tahun terdapat sikap yang optimis diiringi kewaspadaan.
“Tingkat pendanaan pada tahun 2023 terhitung rendah hingga kuartal ketiga, hanya mencapai 0,3x dibandingkan dengan kuartal ketiga tahun 2022,” tulis AC Ventures dan Bain & Co. Salah satu faktor jadi yang pertimbangan dominan adalah kondisi ekonomi makro global, meski Indonesia terus menuju ke fase kematangan industri.
Fokus investasi bergeser dengan hanya mendukung startup dengan unit ekonomi kuat dan menguntungkan. Investor juga mempertimbangkan penilaian yang lebih bijak dan melihat rencana yang lebih jelas. “Hal ini terlihat dari berkurangnya tingkat peralihan dari pendanaan awal (seed) ke putaran A/B,” tulis laporan tersebut.
Nilai proyeksi transaksi para VC masih berada di level US$3,6 miliar dengan peningkatan volume transaksi sekitar 20% sepanjang 2023. Iklim Indonesia investasi startup Indonesia masih lebih baik dari dunia yang mengalami penurunan nilai transaksi hingga 40%, menurut AC Ventures dan Bain & Co.
Dukungan terjaganya konsumsi rumah tangga, nilai Produk Domestik Bruto (PDB) per kapita, dan jumlah masyarakat kelas menengah yang terus berkembang, jadi beberapa alasannya.
“Perekonomian digital berada pada jalur yang meningkat, mencapai US$77 miliar pada tahun 2022. Agar Indonesia dapat tetap berada pada jalur pertumbuhannya, Indonesia perlu mengatasi hambatan makro, seperti ketegangan AS-China yang sedang berlangsung, pemilu tahun 2024 mendatang, dan meningkatnya tekanan terhadap pemain teknologi besar untuk mencapai profitabilitas, dan lanskap peraturan yang terus berkembang,” pungkas AC Ventures dan Bain & Co.
Di belahan Amerika sisi selatan justru mengalami titik terang meski angka kesepakatan turun menjadi US$4 miliar, namun penggalangan dana VC naik lebih dari 40% hingga mencapai $2 miliar.
Salah satu pendatang baru di wilayah ini tahun lalu adalah Bicycle Capital, sebuah perusahaan yang didirikan oleh mantan eksekutif SoftBank Group Corp, Marcelo Claure dan Shu Nyatta, yang mengumumkan pendanaan sebesar US$500 juta untuk Amerika Latin.
Para VC adalah bagian dari ekosistem global, dimana para startup punya harapan besar investasi dari mereka untuk membantu pengembangan banyak perusahaan untuk bertransformasi — seperti Amazon.com Inc, Google, hingga Open AI. Bagaimana uang yang dihasilkan dari pendanaan VC punya dampak besar pada pertumbuhan dan inovasi.
- Dengan asistensi Sarah McBride.
(fik/wep)