Aksi Jual di Bursa Berlanjut, Rupiah Makin Tak Berdaya
Ruisa Khoiriyah
07 March 2023 10:11
Bloomberg Technoz, Jakarta - Pemodal asing di bursa domestik mencatat nilai beli bersih sebesar Rp 3,2 triliun sepanjang 2023. Namun, dua hari berturut-turut dana asing berbondong-bondong hengkang menempuh aksi profit taking. Pada penutupan perdagangan Senin (6/3/2023) kemarin, pemodal asing mencatat jual bersih Rp 250,74 miliar, melanjutkan aksi jual di ujung pekan lalu senilai Rp 606,21 miliar.
Hari ini, aksi jual modal asing terus berlanjut dan menyeret Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ke 6.782 pada pukul 9:54, Selasa (7/3/2023). Tekanan terhadap IHSG juga berimbas pada kekuatan nilai tukar rupiah. Nilai tukar rupiah semakin terbenam ke level Rp 15.358 per dolar AS pada Selasa pagi, menjadikannya posisi terendah sejak 6 Januari lalu.
Aksi jual pemodal asing terhadap aset-aset rupiah tidak bisa dilepaskan dari sikap wait and see para pemodal di seluruh dunia terhadap pidato testimoni Jerome Powell, Chairman The Federal Reserves di hadapan anggota Kongres Amerika nanti malam. Jelang rilis data ketenagakerjaan terbaru pada Jumat pekan ini, sentimen pasar global masih akan terbebani segala gestur dari The Fed, bank sentral paling berpengaruh di dunia.
Dari dalam negeri, Bank Indonesia akan mengumumkan posisi terkini cadangan devisa RI. Gubernur BI Perry Warjiyo dalam pernyataan kemarin menyebut ASEAN-5 akan mengalami penurunan laju inflasi menjadi di kisaran 3,3% tahun ini dan 3,2% pada 2024. Melandai dari inflasi 2022 yang mencapai 6,3%. Adapun pertumbuhan ekonomi lima negara di ASEAN diperkirakan melambat menjadi 4,6% tahun ini terseret perlambatan global.
Hari ini, pemerintah juga akan melelang Surat Berharga Syariah Negara (SBSN) dengan target indikatif Rp 11 triliun. Ada enam seri sukuk yang akan dilelang di mana satu di antaranya merupakan seri penerbitan baru yaitu SPN-S 05092023. Dalam gelar lelang Surat Utang Negara (SUN) terakhir, nilai penawaran yang masuk menurun dibandingkan lelang sebelumnya. Pemerintah juga hanya menyerap penawaran masuk di bawah target indikatif sesuai dengan pertimbangan kebutuhan pembiayaan APBN.