Logo Bloomberg Technoz

IHSG menjadi banyak dari sekian Bursa Asia yang tertekan dan menetap di zona merah, indeks Hang Seng (Hong Kong), Shanghai Composite (China), SETI (Thailand), Kospi (Korea Selatan), PSEI (Filipina), terpangkas masing-masing 1,88%, 1,42%, 0,48%, 0,4%, dan 0,31%.

Dengan demikian, IHSG adalah indeks dengan pelemahan terdalam ketiga di Asia, ada di antara deretan dua saham indeks China.

Sementara Bursa Saham Asia lainnya yang parkir di zona hijau i.a KLCI (Malaysia), Ho Chi Minh Stock Index (Vietnam), TW Weighted Index (Taiwan), dan Straits Times (Singapura), yang menguat masing-masing 0,54%, 0,48%, 0,31%, dan 0,15%.

Salah satu sentimen yang mewarnai laju indeks Asia hari ini adalah datang dari Bank Sentral Amerika Serikat (Federal Reserve/The Fed) yang mengatakan sebaiknya pilihan menaikkan bunga tidak 'Dibuang' begitu saja, membuat pasar waspada jelang rilis data inflasi AS pada Kamis nanti.

Tekanan makin kuat usai data Non-Farm Payrolls pekan lalu memperlihatkan penambahan lapangan kerja di AS masih ketat, bahkan sampai dengan melampaui perkiraan pasar sebelumnya.

Sentimen bearish juga datang dari pernyataan Presiden Federal Reserve Bank Dallas Lorie Logan yang menyatakan The Fed seharusnya tidak mengesampingkan kemungkinan adanya potensi kenaikan suku bunga lagi. Ia memperingatkan, pelonggaran moneter bisa melejitkan lagi permintaan.

Seperti yang diwartakan Bloomberg News, Pejabat The Fed ini menilai Bank Sentral AS mungkin perlu memperlambat laju pengurangan portofolio aset di tengah semakin langkanya likuiditas di pasar keuangan.

IHSG juga melemah tatkala posisi Cadangan Devisa RI pada Desember lalu mencatat lonjakan ke rekor tertinggi sejak 2021.

Nilai Cadangan Devisa RI melompat US$8,29 miliar selama Desember dan mengantarkan posisi CADEV menjadi US$146,4 miliar, tertinggi sejak September 2021 lalu ketika menyentuh US$146,87 miliar.

Bank Indonesia menjelaskan, kenaikan posisi Cadangan Devisa tersebut antara lain dipengaruhi oleh penerimaan pajak dan jasa, serta penarikan pinjaman luar negeri pemerintah.

"Posisi Cadangan Devisa tersebut setara dengan pembiayaan 6,7 bulan impor atau 6,5 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah, serta berada di atas standar kecukupan internasional sekitar 3 bulan impor," jelas Erwin Haryono, Asisten Gubernur Bank Indonesia dalam pernyataan resmi, Senin (8/1/2024).

(fad/ain)

No more pages