Logo Bloomberg Technoz

Bloomberg Technoz, Jakarta - Kenaikan cadangan devisa RI hingga ke rekor baru pada akhir 2023, menjadi bekal berharga yang dibutuhkan bagi Indonesia memasuki tahun yang diprediksi masih menyisakan ketidakpastian global dan membayangi kekuatan nilai tukar.

Meskipun optimisme lebih mendominasi bahwa serial penurunan bunga global akan dimulai pada tahun ini, akan tetapi belum ada yang sepenuhnya bisa memastikan gejolak eksternal sudah berakhir. Tersisanya ketidakpastian masih akan mengombang-ambingkan stabilitas nilai tukar rupiah sehingga keberadaan cadangan devisa yang memadai, sangat dibutuhkan.

Arus masuk modal asing yang cukup besar di awal tahun ditambah mulai normalnya kunjungan turis asing bisa mendukung berlanjutnya tren kenaikan posisi cadangan devisa bulan ini, di saat kinerja ekspor diperkirakan masih lesu.

Pada Desember 2023, posisi cadangan devisa Indonesia tercatat US$ 146,4 miliar, melompat naik US$ 8,29 miliar, kenaikan sebulan terbesar dalam lebih dari 10 tahun terakhir. Cadangan devisa RI terakhir mencatat kenaikan di atas US$ 8 miliar adalah pada April 2011 silam.

Kenaikan tajam cadangan devisa Desember mengantarkan posisi cadangan devisa ke level tertinggi sejak September 2021 atau lebih dari 2 tahun terakhir.

Bank Indonesia menyebut, posisi cadangan pada Desember itu setara dengan pembiayaan 6,7 bulan impor atau 6,5 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah, serta berada di atas standar kecukupan internasional sekitar 3 bulan impor. 

Capaian itu menjadi bekal berharga memasuki 2024 ketika Indonesia harus menghadapi risiko terus berlanjutnya penurunan kinerja ekspor seiring booming harga komoditas yang berakhir dan pemulihan ekonomi China yang masih tertahan. Dalam lanskap itu, aliran masuk modal asing di pasar keuangan menjadi sokongan yang sangat dibutuhkan sehingga suplai valas di dalam negeri masih memadai dan tidak menyeret rupiah.

Posisi cadangan devisa RI pada Desember menyentuh rekor tertinggi sejak September 2021 (Bloomberg)

"Peningkatan ini merupakan perkembangan yang baik karena meningkatkan kemampuan BI untuk menjaga stabilitas rupiah dalam kisaran Rp15.400-15.600/US$ terutama dalam menghadapi pelebaran defisit transaksi berjalan yang diproyeksikan sebesar -0,9% terhadap PDB," kata Lionel Prayadi, Fixed Income and Macro Strategist Mega Capital Sekuritas, dalam catatannya, Senin (8/1/2024).

Rupiah mengawali tahun ini dengan pelemahan akibat tekanan dolar AS yang menguat melampaui 1% pekan lalu. Mata uang Indonesia kehilangan nilai sekitar 0,76% pekan lalu akibat sentimen bearish yang melanda pasar keuangan global yang meragu penurunan bunga Federal Reserve (The Fed) bisa terjadi secepatnya pada Maret nanti. 

The Fed memberi sinyal yang tecermin dari dot plot terbaru, serial pengguntingan bunga pada 2024 akan di kisaran 75 basis poin. Namun, pasar berekspektasi lebih besar hingga 150 basis poin, meski kini susut jadi tinggal 130-an basis poin pasca data-data ketenagakerjaan terbaru dilansir pekan lalu. Jarak antara ekspektasi dengan sinyal yang dilansir itu akan menjadi sentimen yang mempengaruhi pergerakan pasar termasuk rupiah.

Penarikan Global Bond

Posisi nilai cadangan devisa RI pada akhir Januari nanti kemungkinan masih akan melanjutkan kenaikan bahkan berpotensi memecahkan rekor baru. Arus modal asing ke pasar domestik pada awal tahun terlihat membanjir di mana menurut catatan Bank Indonesia berdasarkan data setelmen 2-4 Januari lalu, pemodal nonresiden mencatat posisi beli bersih sebesar Rp8,61 triliun.

Total nilai itu terdiri atas beli bersih Rp5,07 triliun di pasar SBN, lalu Rp1,47 triliun di pasar saham dan sebesar Rp2,08 triliun di Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI).  Sementara bila menghitung posisi year-to-date hingga 4 Januari, SRBI menjadi instrumen favorit investor asing di awal tahun dengan nilai pembelian bersih sebesar Rp2,73 triliun, disusul oleh saham sebesar Rp2,4 triliun dan SBN Rp1,79 triliun.

Pemerintah juga baru saja melepas SBN berdenominasi dolar AS, global bond RI (INDON) sekitar US$ 2,05 miliar pekan lalu atau sekitar Rp32 triliun, yang akan mempengaruhi posisi cadev Januari nanti. Pada November lalu, cadev RI juga melompat signifikan US$ 5 miliar karena ada penarikan utang luar negeri pemerintah melalui global bond sebesar US$ 2 miliar ketika itu. "Januari ini, cadangan devisa bisa naik lagi di atas US$150 miliar," prediksi Lionel.

Cadangan devisa juga diprediksi masih akan melanjutkan tren kenaikan disokong oleh normalisasi kunjungan wisatawan asing. Badan Pusat Statistik pekan lalu melaporkan, total kunjungan turis asing ke Indonesia pada Desember naik 30,17% mencapai 10,4 juta wisatawan. Belum kembali ke masa sebelum pandemi, akan tetapi mulai stabil naik dan diharapkan bisa menjadi sumber devisa yang mendukung ketahanan eksternal Indonesia.

Di sisi lain, rupiah juga bisa mengharapkan sokongan 'bekal' lebih banyak dibanding awal-awal tahun lalu. Kebijakan mandatori penempatan Devisa Hasil Ekspor (DHE) yang dilakukan sejak Agustus lalu, ditambah rilis berbagai instrumen baru seperti SRBI, SVBI dan SUVBI, bisa memberikan dukungan bagi rupiah. 

(rui/aji)

No more pages