Dari sisi bauran energi (energy mix), energi terbarukan menyumbang 56%, naik dari 2022 yang sebesar 47,4%. Sementara produksi listrik dengan batu bara turun menjadi 8,9% dari 12,8%.
Sementara di Inggris, Carbon Brief melaporkan pembangkitan listrik dengan energi fosil pada 2023 tercatat 104 terawatt hour, Turun 22% dibandingkan 2022 dan menjadi yang terendah sejak 1957 atau 66 tahun terakhir.
“Saat itu, Harold McMillan adalah Perdana Menteri Inggris. John Lennon dan Paul McCartney dari The Beatles baru bertemu untuk kali pertama,” sebut laporan itu.
Sementara pembangkitan listrik dari batu bara berkurang 115 terawatt hour. Anjlok 97% dibandingkan 2022.
Peran energi fosil dalam bauran energi untuk pembangkitan listrik menjadi 33%, rekor terendah sepanjang masa. Gas menyumbang 31%, batu bara sedikit lebih tinggi dari 1%, dan minyak kurang dari 1%.
Sementara sumber energi rendah karbon mendominasi dengan porsi 56%. Energi terbarukan berkontribusi 43% dan nuklir 13%.
Analisis Teknikal
Secara teknikal dengan perspektif harian (daily time frame), batu bara memang masih bearish. Terlihat dari Relative Strength Index (RSI) yang sebesar 35,49. RSI di bawah 50 menunjukkan suatu aset sedang dalam posisi bearish.
Sementara indikator Stochastic RSI sudah menyentuh angka 0. Sudah paling rendah, sudah jenuh jual (oversold).
Oleh karena itu, sepertinya harga batu bara masih bisa naik. Resisten US$ 133/ton kemungkinan bisa tertembus dalam waktu dekat dan ada ruang untuk naik lagi menuju kisaran US$ 143-148/ton.
Sedangkan target support terdekat adalah US$ 127/ton. Penembusan di titik ini bisa membawa harga batu bara meluncur ke US$ 119/ton.
(aji)