Blinken bertemu dengan Menteri Luar Negeri Yordania Ayman Safadi dan Raja Abdullah II pada Minggu, sehari setelah singgah di Turki dan Yunani.
Ia mendarat di Doha pada Minggu sore dan melanjutkan perjalanan ke Uni Emirat Arab, diikuti dengan singgah di Arab Saudi, Israel, Tepi Barat, dan Mesir. Ini adalah kunjungan Blinken yang keempat kalinya ke wilayah tersebut sejak perang meletus.
Blinken, yang berulang kali ditanya tentang meningkatnya korban Palestina, termasuk dari kalangan jurnalis Arab, mengatakan bahwa Israel harus berbuat lebih banyak untuk melindungi warga sipil. Lebih dari 22.000 warga Palestina telah terbunuh di Gaza sejak perang dimulai, menurut kementerian kesehatan yang dikelola Hamas. Blinken menegaskan kembali seruannya untuk perdamaian abadi yang mencakup pembentukan negara Palestina.
"Sangat penting untuk melakukan lebih banyak hal, bahwa Israel harus melakukan lebih banyak hal untuk melindungi warga sipil, dan dengan pihak-pihak lain, untuk memungkinkan lebih banyak bantuan kemanusiaan sampai ke tempat yang dibutuhkan," kata Blinken. "Hal itu akan menjadi salah satu fokus pembicaraan saya ketika saya tiba di Israel."
Ketika ditanya apakah AS harus mempertimbangkan untuk mengkondisikan bantuan militernya kepada Israel untuk membatasi kekerasan--yang disebut Presiden Joe Biden sebagai "pemikiran yang berharga"--Blinken menjawab bahwa AS selalu memantau penggunaan senjata yang diberikannya kepada sekutu dan mitranya.
"Setiap bantuan militer yang kami berikan kepada negara mana pun, termasuk Israel, memiliki persyaratan--termasuk bahwa senjata harus digunakan sesuai dengan hukum kemanusiaan internasional, hukum perang," katanya. "Dan itu adalah sesuatu yang kami perhatikan dengan sangat hati-hati secara berkelanjutan."
Lawatan terbaru Blinken ini dilakukan ketika ketegangan memanas antara Israel dan militan Hizbullah yang didukung Iran di Lebanon selatan. Hamas, yang ditetapkan sebagai kelompok teroris oleh AS dan Uni Eropa, menyalahkan Israel atas serangan pesawat tak berawak di Beirut yang menewaskan seorang pemimpin seniornya, sementara Hizbullah membalas dengan tembakan roket ke Israel utara.
Sementara itu, sebuah koalisi yang dipimpin oleh AS juga telah memperingatkan militan Houthi di Yaman, yang juga didukung oleh Teheran, akan adanya "konsekuensi" jika mereka tidak menghentikan serangan-serangan terhadap pelayaran komersial di Laut Merah--yang telah dijanjikan oleh kelompok ini untuk dilanjutkan.
Al Thani mengatakan Qatar tidak melihat serangan militer terhadap Houthi di Yaman sebagai solusi yang layak. "Mereka akan membuat kita berada dalam lingkaran yang tidak akan pernah berakhir, dan akan menciptakan ketegangan yang nyata di seluruh wilayah," katanya.
Sebelumnya pada Minggu, Blinken melakukan tur ke gudang Program Pangan Dunia di Amman, Yordania, yang memiliki banyak sekali persediaan bantuan kemanusiaan--termasuk kacang-kacangan kaleng dan hummus--yang siap untuk diangkut ke Gaza. Saat berkeliling di fasilitas tersebut, Blinken mencatat bahwa persediaan makanan siap saji karena banyak warga Palestina yang mengungsi di Gaza tidak dapat menyiapkan makanan.
"Amerika Serikat telah bekerja, sejak hari pertama, untuk membuka rute akses ke Gaza, untuk memberikan bantuan kepada orang-orang yang membutuhkan. Kami terus mengupayakan hal itu setiap hari," kata Blinken di fasilitas tersebut. "Tidak hanya untuk menjaga agar rute-rute tersebut tetap terbuka, tetapi juga untuk melipatgandakannya, untuk memaksimalkannya, untuk mencoba mendapatkan, seperti yang saya katakan, lebih banyak makanan, lebih banyak bantuan, untuk lebih banyak orang, dengan lebih efektif."
Penjabat direktur WFP Palestina Laura Turner mengatakan kepada para wartawan bahwa truk-truk yang sedang dalam perjalanan menuju Gaza utara, di mana pasukan Israel telah menarik diri sebagian, dikerumuni warga Palestina yang putus asa sebelum mereka bisa mencapai tujuan.
"Situasi bagi pria, wanita dan anak-anak di Gaza tetap mengerikan," kata Blinken kepada wartawan pada Sabtu malam di Kreta, di mana dia mendarat sebentar untuk bertemu dengan perdana menteri Yunani.
"Terlalu banyak warga Palestina yang terbunuh--terutama anak-anak," lanjutnya. "Terlalu banyak yang masih mengalami kesulitan dalam hal akses terhadap makanan, air, obat-obatan, dan kebutuhan dasar kehidupan."
(bbn)