Logo Bloomberg Technoz

Sri Mulyani merefleksikan bahwa tahun 2022 diharapkan oleh dunia menjadi masa di mana pemulihan pandemi Covid-19 dapat berlangsung, terutama pasca penemuan vaksin yang mengembalikan rasa percaya diri untuk melakukan aktivitas ekonomi dan sosial. Meskipun demikian, tidak semua pemulihan berlangsung dengan lancar. 

“Aktivitas (ekonomi) sudah mulai terjadi tapi suplai belum ada, rekrutmen tidak terjadi dengan gampang. Itu yang memicu inflasi wage. Upah harus dinaikkan untuk menarik orang dari ‘kandangnya’. Itu memicu jumlah barang, jumlah permintaan, jumlah services dan gaji-gaji yang meningkat,” jelasnya.

Tak hanya itu, menurut Sri Mulyani, perubahan geopolitik juga berpengaruh pada perekonomian dunia khususnya perang antara Ukraina dan Rusia sebagai penghasil gandum terbesar yang menimbulkan disrupsi pasokan pangan sehingga mempengaruhi harga pangan, pupuk, dan minyak biji bunga matahari. Ia juga berpesan kepada para bankir yang hadir dalam forum tersebut untuk mempelajari sejarah agar tidak kaget menghadapi situasi geopolitik, ekonomi, dan keuangan yang mempengaruhi dunia. 

Perubahan iklim juga menjadi faktor yang perlu diwaspadai. Sri Mulyani mengatakan, dengan cuaca ekstrim yang terjadi di berbagai belahan dunia, para pembuat kebijakan di bidang keuangan sudah mulai mempertimbangkan risiko perubahan iklim. 

“Anda akan mengalami suatu kebijakan di mana perubahan iklim menjadi faktor risiko yang disadari bisa mempengaruhi tidak hanya sustainability tapi juga systematically important. Makanya, pembicaraan di G-20, FSB, OECD, BIS, itu sekarang memasukan dan membahas tidak hanya keberlanjutan finansial tapi mengenai bagaimana mengarusutamakan risiko iklim di dalam keputusan keuangan,” katanya. 

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati dalam IIF Annual Membership Meeting (Ting Shen/Bloomberg)

Tumbuh di Tengah Disrupsi 

Selain itu, Sri Mulyani menambahkan bahwa situasi digital telah berubah, khususnya bagi  dunia perbankan. “Mungkin kita berbeda dengan situasi digital kemarin yang seolah-olah digital akan tumbuh selamanya, bahkan cenderung menjadi bubble,” katanya. Saat ini, menurutnya, digitalisasi dianggap menambah efisiensi dan penetrasi bank, tapi tidak menggantikan prinsip fundamental perbankan. 

“Saya rasa ini adalah hal-hal yang perlu kita pelajari. Waspada tanpa perlu paranoid, waspada tanpa menjadi pesimis. Optimisme tetap bisa kita bangun karena 2022 was not an ordinary time dan kita bisa menutup dengan baik. Artinya, kita punya bekal,” tegasnya. 

Lebih lanjut, Sri Mulyani mengungkapkan di tengah disrupsi akibat pemulihan pandemi Covid-19 yang tidak merata, kondisi spillover Indonesia justru positif yang tercermin dari pertumbuhan ekonomi negara di akhir 2022. 

“Untuk Indonesia, 2022 itu kita tutup dengan baik atau bahkan bisa dibilang sangat baik. Dari sisi ekonomi, growth kita di kuartal III di atas 5,7 persen. Di kuartal IV, kita prediksi akan tetap kuat, di atas 5 persen karena kita lihat kondisi dari masyarakat. Konsumsi kita masih tumbuh sangat kuat, bahkan mobilitas menjelang akhir tahun meningkat,” ujarnya. Ia menambahkan penerimaan pajak  dari hotel, restoran, parkir, juga meningkat antara 60 sampai 120 persen hampir di semua daerah.

Dari sisi perbankan, ia menyebutkan, dana pihak ketiga naik hingga dua digit, investasi tumbuh mendekati 6 persen, sehingga pertumbuhan kredit diharapkan mencapai dua digit dan mampu bertahan di 2023. 

“Meskipun di seluruh dunia ditutup dengan kalimat ‘2022 is the brutal year’, bahkan di New York Stock Exchange sebanyak US$30 triliun valuasi hilang, pasar modal kita masih tumbuh di atas 4 persen. Jadi, itu yang saya sebut bahwa 2022 was not an ordinary time,” ungkapnya. 

Dalam forum tersebut, Sri Mulyani juga mengajak institusi perbankan untuk bersama-sama menjaga resiliensi kemampuan ekonomi Indonesia. "Naik turun, sehat dan tidak sehat ekonomi kita sangat bergantung pada perbankan. Jadi, tolong jaga bank Anda secara baik-baik, jangan salah arah, jangan salah kompas, jangan salah bersauh dan di dalamnya jangan berantem," katanya.                    

(tar/evs)

No more pages