Adanya perubahan iklim yang sangat ekstrem, membuat standar keamanan harus ditinjau ulang. Terlebih, kebakaran yang terjadi pada Jumat (3/3/2023) bukanlah yang pertama kali terjadi.
Pada 2009, Depo Pertamina Plumpang mengalami kebakaran akibat gesekan alat pengambil sampel BBM yang akhirnya menimbulkan percikan api. Alat tersebut terjatuh ke dalam tangki nomor 24 akibat tertinggal atau lupa diambil oleh petugas.
Selanjutnya, Sugeng mengungkapkan pihaknya akan memanggil Pertamina untuk memberi laporan secara komprehensif terkait peristiwa tersebut.
“Akan kami panggil seluruh pemangku kepentingan yang berkaitan dengan kilang ini, yang sudah tentu adalah Pertamina, untuk bertanggung jawab melebihi yang lain,” ujarnya.
Wakil Ketua Komisi VI DPR RI Sarmuji mengatakan akan menjadwalkan pemanggilan terhadap Direktur Utama Pertamina dan Menteri BUMN untuk membahas kebakaran depo Pertamina Plumpang tersebut.
"Segera setelah pembukaan masa sidang, Komisi VI akan memanggil Direktur Utama Pertamina. Jika diperlukan Kementerian BUMN akan kami panggil juga," ujar Sarmuji, Senin (6/3/2023).
Selain membahas perihal kebakaran yang terjadi, Sarmuji mengatakan juga akan mendalami berbagai objek vital Pertamina dan implementasi sistem keamanannya.
Terpisah, pengamat ekonomi energi Universitas Gadjah Mada (UGM), Dr. Fahmy Radhi, MBA mengungkapkan dalam proses pengambilan keputusan terkesan mengemuka pendapat bahwa jatuhnya korban adalah kesalahan penduduk tinggal di daerah buffer zone yang diklaim milik Pertamina. Hampir tidak mengemuka pendapat yang mempertanyakan mengapa kebakaran dahsyat terjadi.
“Tentunya kalau kebakaran itu tidak terjadi maka tidak ada korban berjatuhan. Faktanya, kebakaran itu berawal dari Depo Pertamina Plumpang yang menyambar sejumlah rumah penduduk”, ujarnya melalui keterangan resmi, Senin (6/3/2023).
Fahmy berpendapat kebakaran yang ketiga kali di Depo Pertamina Plumpang dan Kilang Minyak Pertamina mengindisikan bahwa sistim keamanan (Safety System) amat buruk. Sistim keamanan di bawah International Standard yang mensyaratkan zero accidents bagi asset strategis dan resiko tinggi.
Dia menilai Pertamina tidak tampak melakukan upaya serius untuk memperbaiki sistim keamanan yang diterapkan. Akibatnya kebakaran beruntun kilang minyak dan depo bahan bakar minyak (BBM) milik Pertamina berulang.
(rez/wdh)