“Kalau dari sisi konsumen atau pengguna motor, perhitungan kami paling tidak akan ada konversi 2,77 juta [sepeda motor menjadi kendaraan listrik]. Penghematan dari sisi pemerintah bisa mencapai Rp32,7 miliar per tahun dengan asumsi masyarakat beralih dari BBM [bahan bakar minyak] ke kendaraan berbasis baterai,” kata Rida.
Tidak hanya itu, dia menilai program tersebut juga akan mengurangi emisi gas rumah kaca sebanyak 0,03 juta ton.
“Ini hanya [dari konversi sepeda] motor [listrik saja, belum termasuk mobil listrik]. Program ini juga akan menciptakan lapangan kerja baru seperti perbengkelan, khususnya untuk konversi di seluruh Indonesia,” tutur Rida.
Untuk diketahui, hingga akhir 2022, oversuplai listrik PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) atau PLN menembus 7 GW, atau jauh melampaui estimasi perseroan.
Direktur Utama PLN Darmawan Prasodjo menyebut kelebihan pasokan tersebut diakibatkan oleh tidak seimbangnya permintaan dan penambahan suplai listrik. Kelebihan pasokan listrik pada 2022 melampaui proyeksi sebelumnya sebesar 5 GW.
"Kami memang menghadapi kondisi oversuplai di Jawa. Selama 12 bulan ini, penambahan permintaannya hanya sekitar 1,2 GW sampai dengan 1,3 GW," kata Darmawan dalam Rapat Dengar Pendapat Umum (RDPU) dengan Komisi VI DPR RI di Kompleks Parlemen, medio Februari.
Kendati demikian, PLN berhasil mengurangi beban take or pay (ToP) hingga Rp47,05 trilun untuk periode 2021 hingga 2022.
Capaian tersebut dilakukan melalui renegosiasi dan mengulur waktu operasional pembangkit listrik milik swasta atau independent power producer (IPP).
"Sampai akhir 2021 kami berhasil menekan ToP senilai Rp37,21 triliun. Kemudian, pada 2022 upaya ini terus dilakukan sehingga tambahan ToP yang berhasil ditekan sejumlah Rp47,5 triliun," ujarnya.
Darmawan menyebut penjualan listrik PLN sepanjang 2022 mampu mengompensasi kelebihan pasokan listrik. Penjualan listrik sepanjang tahun lalu berhasil tumbuh 6,3% atau sebesar 274 terawatt hour (TWh) dibandingkan dengan 2021.
Menurutnya, penjualan listrik 2022 lebih tinggi 16,1 TWh dibandingkan dengan penjualan listrik pada 2021 yang tercatat sebesar 257 TWh atau setara Rp22,2 triliun.
Bahkan, angka ini juga lebih tinggi 10,7 TWh atau setara Rp15,4 triliun dibandingkan dengan target Rencana Kerja dan Anggaran Perusahaan (RKAP) sebesar 263 TWh.
Peningkatan penjualan listrik 2022 tidak terlepas dari kerja sama PLN dengan sejumlah pelaku industri dan program diskon tambah daya.
PLN diketahui berhasil membujuk perusahaan dari sektor-sektor yang selama ini menggunakan pembangkit listrik mandiri dan jumlahnya terbilang banyak.
"Kami juga membangun electrifying lifestyle dan electrifying agriculture, electrifying marine; ini termasuk kapal-kapal yang bersandar tadinya menggunakan diesel saat ini sudah menggunakan listrik PLN. Kemudian, kami juga bekerja sama dengan pengembangan kawasan ekonomi khusus, kawasan industri, dan juga smelter. Dampak positifnya adalah pertumbuhan demand yang sangat sehat," papar Darmawan.
(wdh)