Di musim perdana Liga 1, Persib menjadi tim yang paling agresif dalam belanja pemain. Klub berjuluk Maung Bandung itu merogoh kocek hingga Rp 82,13 miliar. Striker Ezechiel N'douassel menjadi pesepak bola termahal (Rp 11,30 miliar) disusul Michael Essien (Rp 8,69 miliar) dan Carlton Cole (Rp 8,69 miliar).
Predikat klub dengan market value tertinggi terus berganti mulai dari Bali United Rp 82,56 miliar (musim 2018), Persija Jakarta Rp 101,68 miliar (musim 2019) dan kembali lagi Bali United senilai Rp 88,65 miliar (musim 2020).
Pada musim kompetisi 2021/2022, PSS Sleman membuat kejutan dalam pergerakan bursa transfer. Manajemen Laskar Sembada menghabiskan dana hingga Rp 132,10 miliar untuk mengikat pemain bintangnya.
Namun musim 2022/2023, PSS terbilang irit dalam belanja dan nilai skuadnya pun turun ke urutan sembilan dengan Rp 66,66 miliar. Peringkat pertama atau skuat termahal kembali dihuni oleh Persija Rp 103,33 miliar.
Presiden klub Persija Mohamad Prapanca saat ditanyakan soal hal ini mengatakan bahwa klubnya tidak menjadikan harga pasar tersebut sebagai fokus.
"Market value adalah penilaian dari pihak luar," kata Prapanca kepada Bloomberg Technoz saat dihubungi, Jumat (3/3/2023).
Namun ditekankannya, Persija selalu berusaha mengembangkan roda bisnis sejalan dengan upaya meningkatkan prestasi tim.
Dia mengatakan, kisaran umum pemasukan klub-klub Liga 1 selama 1 musim bisa mencapai puluhan miliar rupiah. Sementara untuk Persija pada masa pasca pandemi tetap mengutamakan sumber konvensional seperti sponsor, tiket pertandingan hingga penjualan merchandise. Namun lebih maju, Persija juga menjajal bisnis di ranah digital.
"Persija tengah memaksimalkan aset digital untuk menjadi sumber revenue utama. Mulai dari sosial media hingga menerbitkan NFT. Ke depannya kami berharap aset digital bisa menjadi revenue utama yang dapat berkontribusi penting ke aspek finansial," lanjutnya.
Diketahui revenue klub-klub bisa didulang pada musim kompetisi. Saat klub menggelar laga kandang setidaknya 17 kali dengan full league maka mendapatkan revenue dari penjualan tiket, sewa stadion, penjualan merchandise hingga sponsor lokal yang mereka dapatkan. Namun belakangan penjalan merchandise juga bisa dilakukan secara digital.
Senada, Direktur Utama (Dirut) PSM Makassar Sadikin Aksa tak mau blak-blakan soal perkiraan harga pasar klubnya. PSM Makassar musim ini merupakan pemuncak klasemen Liga 1 dan berdasarkan situs Transfermarkt memiliki market value sebesar Rp 65,18 miliar.
"Itu rahasia," kata Aksa lewat pesan elektronik pada Senin malam (27/2/2023).
Namun bila dicermati berdasarkan data yang ada, kegiatan belanja pemain atau nilai skuad tidak serta-merta linear dengan prestasi. Pada 2017, juara Liga 1 disandang Bhayangkara FC alih-alih Persib. Begitupula dengan jawara di musim-musim selanjutnya yakni Bhayangkara FC (2017), Persija (2018), Bali United (2019) dan Bali United (2021/2022).
Berikut daftar market value klub-klub di Liga 1 dari tertinggi hingga terendah Musim 2022/2023 berdasarkan berdasarkan situs Transfermarkt.co.id dikutip Minggu (5/3/2023)
Secara keseluruhan:
Jumlah pemain : 665 orang
Rata-rata umur pemain : 26,4 tahun
Jumlah pemain asing : 73 orang
Rata-rata harga pasaran pemain : Rp 1,89 miliar
Total harga pemain : Rp 1,26 triliun
1. Persija Jakarta
Jumlah skuad: 36
Stadion: Stadion Patriot Candrabhaga (30.000 kursi)
Urutan klasemen: 3
Market value: Rp 103,33 miliar
2. Bali United FC
Jumlah skuad: 37
Stadion: Stadion Kapten I Wayan Dipta (25.000 kursi)
Urutan klasemen: 4
Market value: Rp 91,60 miliar
3. Persib Bandung
Jumlah skuad: 36
Stadion: Gelora Bandung Lautan Api (38.000 kursi)
Urutan klasemen: 2
Market value Rp 90,73 miliar
4. Borneo FC Samarinda
Jumlah skuad: 42
Stadion: Stadion Segiri (13.000 kursi)
Urutan klasemen: 5
Market value: Rp 85,34 miliar
5. Bhayangkara FC
Jumlah skuad: 37
Stadion: Stadion Wibawa Mukti (28.778 kursi)
Urutan klasemen: 8
Market value: Rp 74,05 miliar
6. Dewa United FC
Jumlah skuad: 36
Stadion: Stadion Indomilk Arena (15.000 kursi)
Urutan klasemen: 14
Market value: Rp 73,87 miliar
7. Persis Solo
Jumlah skuad: 42
Stadion: Stadion Manahan (20.000 kursi)
Urutan klasemen: 11
Market value: Rp 73,79 miliar
8. Arema FC
Jumlah skuad: 30
Stadion: Stadion Kanjuruhan (42.000 kursi)
Urutan klasemen: 12
Market value: Rp 70,40 miliar
9. PSS Sleman
Jumlah skuad: 34
Stadion: Stadion Maguwoharjo (31.700 kursi)
Urutan klasemen: 15
Market value: Rp 66,66 miliar
10. PSM Makassar
Jumlah skuad: 42
Stadion: Stadion Gelora B. J. Habibi (8.000 kursi)
Urutan klasemen: 1
Market value: Rp 65,18 miliar
11. PSIS Semarang
Jumlah skuad: 37
Stadion: Stadion Jatidiri (45.000 kursi)
Urutan klasemen: 10
Market value: Rp 64,92 miliar
12. Persebaya Surabaya
Jumlah skuad: 37
Stadion: Gelora Bung Tomo (46.806 kursi)
Urutan klasemen: 7
Market value: Rp 59,62 miliar
13. Persik Kediri
Jumlah skuad: 38
Stadion: Stadion Brawijaya 15.000 (kursi)
Urutan klasemen: 16
Market value: Rp 58,84 miliar
14. Persita Tangerang
Jumlah skuad: 39
Stadion: Stadion Indomilk Arena (15.000 kursi)
Urutan klasemen: 9
Market value: Rp 58,05 miliar
15. Persikabo 1973
Jumlah skuad: 38
Stadion: Stadion Pakansari (30.000 kursi)
Urutan klasemen: 13
Market value: Rp 56,92 miliar
16. Madura United FC
Jumlah skuad: 34
Stadion: Stadion Gelora Madura Ratu Pamelingan (13.500 kursi)
Urutan klasemen: 6
Market value Rp 56,84 miliar
17. PS Barito Putra
Jumlah skuad: 36
Stadion: Stadion Demang Lehman (15.000 kursi)
Urutan klasemen: 17
Market value: Rp 56,23 miliar
18. RANS FC
Jumlah skuad: 34
Stadion: Stadion Pakansari (30.000 kursi)
Urutan klasemen: 18
Market value: Rp53,71 miliar
Persija tengah memaksimalkan aset digital untuk menjadi sumber revenue utama. Mulai dari media sosial hingga menerbitkan NFT
Presiden Persija Mohamad Prapanca
Sementara itu PT Liga Indonesia Baru (LIB) sebagai operator penyelenggara Liga 1 ikut mengomentari market value yang secara umum beredar di publik tersebut. Deputy Director of Competitions PT LIB Asep Saputra tak menampik nilai pemain bisa dijadikan sebagai variabel harga pasar.
"Kalau bicara Transfermarkt itu kan mereka memang betul-betul punya perhitungan algoritma sendiri untuk menghitung nilai seorang pemain. Saya belum detail mendalami juga sih apakah betul nilai riilnya sekian atau dikomparasikan dengan harga sekian tapi at least itulah yang mungkin paling gampang mengukur market value-nya klub ya pemain itu tadi," kata Asep berbincang dengan Bloomberg Technoz, Minggu (26/2/2023).
LIB memang belum membuat patokan harga pasar klub-klub di kompetisi Liga 1, cetusnya. "Ini salah satu kekurangan, sebetulnya saya sedang ter-challenged untuk membuat patokan itu."
Menurut dia, penilaian semacam ini kadang diperlukan untuk mengukur pasar sepak bola Liga 1. Dengan demikian, LIB berpeluang memiliki posisi tawar yang lebih tinggi ketika berhadapan dengan pemilik hak siar dan juga sponsor utama ketika musim berikutnya akan digulirkan.
"Karena memang kita butuh untuk mengukur value, football market kita value-nya berapa. Karena jujur kita memang hanya mendasarkan dari kita nilai berapa dengan sponsor padahal kan belum tentu segitu juga. Bisa itu terlalu sedikit atau mungkin ketinggian," tutup Asep.
(ezr/roy)