"Dan ini kan enggak dilakukan sama salah satu kandidat, ya semuanya menggunakan itu. Bahkan kandidat nomor 2 juga sudah, kandidat nomor 3, dan juga pak Anies (kandiart) nomor 1. Jadi mereka punya target spesifik pemilih yang mereka sasar melalui pola-pola media yg interaktif. Makanya mereka pakai pola live jadi lebih interaktif, menarik dan diharapkan bisa punya dampak kekuatan elektoral mereka," ujarnya lagi.
Seperti diketahui Anies menjadi capres pertama yang melakukan live Tiktok. Setidaknya dia sudah dua kali melakukannya. Bahkan pada live kedua tembus di atas 300 ribu. Live Tiktok tersebut juga disebut direspons cukup baik oleh Kpopers. Muncul nama sebutan Abah Owl untuk Anies dari kalangan Kpopers.
Mahfud juga live Tiktok perdand dengan puluhan ribu dan bicara soal Mohammad Hatta dan menjawab pertanyaabn random
Sementara hari ke-39 kampanye, Ganjar melakukan live Tiktok dan bicara soal kesehatan mental. Live Tiktok-nya langsung diikuti oleh 232 ribu pengguna.
Soal rencana bakal ikut live Tiktok tersebut direspons oleh tim Prabowo-Gibran.
Ketua Tim Kampanye Nasional (TKN) Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka, Habiburokhman mengatakan, tak mustahil, Prabowo akan "turun gunung" merambah segmen Tiktok.
"Boleh saja, entar main Tiktok kita," ujar Habiburokhman.
Panji pada saat ditanyakan soal Gibran, kandidat cawapres muda yang belum menggunakan live Tiktok menurutnya, sedang mengoptimalkan di segmen lain. Apalagi kata dia, mereka juga punya tim kampanye untuk platform lain. Namun dia juga menyoroti elektabilitas Prabowo-Gibran yang cenderung relatif lebih tinggi versi berbagai lembaga survei sehingga paslon ini belum jor-joran di Tiktok.
"Mungkin media interaktif mereka yg beda ya. Mungkin sekarang yang lagi ramai memang live Tiktok tapi kan media interaktifnya kan sudah lebih dulu dibuat juga sama mereka dan bukan cuman media interaktif tapi gimik indikasi kampanye kan mereka sudah lebih dulu membangun gimik politik gemoy-lah dan sebagainya. Tapi sebetulnya message selebihnya sama. Yang disasar (para paslon) targetnya itu yang targeting voters tadi yang 56% (pemilih muda) itu karena itu kan angka yang gede," ucapnya.
Efektivitas
Seberapa besar efektivitas dan dampak ke elektoral kata Panji memang harus dihitung lebih lanjut. Namun demikian, platform media sosial seperti Tiktok yang digemari kalangan muda jelas kata dia menjadi saluran media yg efektif.
"Karena efektifnya bisa dilihat dari si kandidatnya yang tidak harus keluar biaya yang besar. Dia cukup membentuk tim, bikin platform, kemudian siaran secara live atau enggak," kata dia.
"Kemudian juga lebih efisien dari sisi voters tentu lebih mudah juga untuk mengaksesnya asal punya kuota. Mau punya akun Tiktok atau bahkan kalau tidak, orang itu bisa liat videonya secara terbuka," imbuh dia.
Kemunculan capres-cawapres lewat live kata dia juga pasti lebih menarik dan atraktif dibandingkan hanya muncu lewat spanduk, baliho hingga iklan di media massa seperti radio dan televisi yang juga tidak bisa interaktif. Tak ayal, kemunculan live bisa membuat generasi muda makin kenal dan berpotensi memilih sang kandidat di Pemilu 2024.
(ezr)