"Ini juga menjadi teladan buruk bagi aparat penyelenggara pemerintah. Apa artinya seruan netralitas aparat dan ASN jika pimpinan tertingginya justru secara jelas berpihak pada salah satu kandidat?" kata Wahyutama.
Dia berpendapat, pertemuan Jokowi dan Prabowo bisa ditafsirkan sebagai bentuk dukungan. Hal ini memang nampaknya dikapitalisasi oleh tim Prabowo. Sebagaimana hal ini ditunjukkan oleh pernyataan Juru Bicara TKN Nusron Wahid yang menegaskan bahwa hal tersebut sebagai bentuk dukungan Jokowi terhadap Prabowo.
Klaim dukungan Jokowi terhadap Prabowo ini juga sebenarnya sudah lama dimanfaatkan tim Prabowo di berbagai poster dan baliho yang menyebar di seluruh Indonesia. Hanya saja, kali ini seolah ditegaskan oleh Jokowi sendiri.
"Dampak penegasan dukungan Jokowi terhadap Prabowo ini secara politis menurut saya sebenarnya lebih memberi pukulan terhadap Ganjar-Mahfud dan PDIP dibandingkan Anies-Muhaimin," ujar Wahyutama.
Pasalnya sampai saat ini, PDIP belum secara resmi menyatakan pisah jalan dengan Jokowi. "Konteks situasi bahwa pertemuan ini berdekatan dengan HUT PDIP yang mengundang Jokowi pada 10 Januari mendatang sebagai kader PDIP, perlu dicatat juga," tuturnya.
Pasalnya, hal ini seolah menunjukkan sikap tegas Jokowi terkait posisinya di PDIP. Menarik menunggu reaksi PDIP dan Megawati di perayaan ultah nanti. "Saya menangkap kesan, sinyal tegas dukungan Jokowi thd Prabowo ini seperti 'kode keras' kepada PDIP bahwa beliau sudah berpisah jalan dengan mereka," ungkap Wahyutama.
(lav)