INDOGB-2 tahun imbal hasilnya melompat 13,5 basis poin (bps) ke kisaran 6,34%, sedangkan tenor acuan 10 tahun naik 1,9 bps ke kisaran 6,63%. Adapun INDON tenor menengah 5 tahun memimpin kenaikan yield sebesar 5,7 bps ke posisi 4,65%, disusul tenor 10 dan 15 tahun yang naik masing-masing 4,8 bps dan 4,9 bps ke 4,62% dan 4,75%.
Kenaikan yield SUN hari ini sejalan dengan aksi jual di pasar obligasi global di mana para pedagang di pasar opsi Treasury bahkan bertaruh yield-UST 10 tahun akan menembus 4,15% nanti malam saat data penting Amerika dirilis. Sampai siang ini, yield UST-10 tahun ada di kisaran 3,99%, naik 8,2 bps dibanding level penutupan sebelumnya.
Keraguan Pivot The Fed
Sejak memulai tahun ini, pelaku pasar cenderung meragu bahwa Federal Reserve (The Fed) akan memulai serial penurunan bunga pada Maret nanti.
Pekan lalu, sebelum tahun berganti, probabilitas dimulainya pivot The Fed mencapai lebih dari 70%. Namun, silih berganti data baru keluar perlahan mengikis keyakinan itu dan terakhir probabilitas di pasar swap untuk penurunan Fed fund rate pada Maret sudah melemah tinggal 60%.
Beberapa data yang menurunkan keyakinan itu kebanyakan adalah data dari sektor ketenagakerjaan AS. Seperti diketahui, The Fed sangat mempertimbangkan kondisi ketenagakerjaan di negeri itu dalam memutuskan kebijakan moneternya, selain melihat kemajuan penjinakan inflasi.
Semalam data gaji perusahaan swasta memperlihatkan penambahan rekrutmen tenaga kerja pada Desember jauh lebih besar melampaui ekspektasi pasar yaitu sebanyak 165.000 pekerjaan dari sebelumnya 103.000 pekerjaan. Angka itu juga lebih tinggi ketimbang perkiraan konsensus yang memprediksi sebesar 125.000 pekerjaan.
Selain itu, klaim pengangguran awal pada pekan terakhir sebelum tahun baru juga naik, pertama kalinya sejak Agustus lalu. Sementara pada saat yang sama klaim pengangguran lanjutan juga lebih menurun. Data-data itu memperlihatkan kondisi ketenagakerjaan AS masih cukup kuat yang mana membuat keyakinan pasar terhadap pivot The Fed jadi terkikis.
Semakin buruk kondisi ketenagakerjaan di negeri adikuasa itu, semakin besar pula peluang bagi The Fed mengakhiri serial pengetatan moneter paling agresif dalam empat dekade terakhir.
Sebelumnya, rilis risalah rapat The Fed juga melontarkan sinyal hawkish di mana para pembuat kebijakan sepakat hanya akan memulai pelonggaran bila laju disinflasi memang sudah meyakinkan. Kebijakan utama yang dipegang saat ini adalah mempertahankan bunga di level tinggi alias higher for longer.
Data yang dirilis nanti malam akan sangat krusial bagi pelaku pasar. Konsensus pasar memperkirakan angka penambahan tenaga kerja yang direpresentasikan oleh data nonfarm payrolls Desember akan sebesar 175.000 pekerjaan baru, dari bulan sebelumnya sebanyak 199.000 pekerjaan. Sedangkan angka pengangguran diprediksi naik tipis jadi 3,8% dari bulan sebelumnya sebesar 3,7%.
Ekonom Bloomberg Economist memperkirakan ada kenaikan angka nonfarm payrolls menjadi 135.000 pekerjaan dengan angka pengangguran diprediksi lebih tinggi jadi 3,9%.
Sementara hasil permodelan Bloomberg Economics 'nowcast points' menghasilkan perkiraan penambahan nonfarm payrolls sebanyak 283.000 pekerjaan dan tingkat pengangguran kian rendah di 3,6%.
Gambaran itu menguatkan perkiraan bahwa perekonomian terbesar di dunia itu bisa mendarat mulus 'soft landing', terhindar dari resesi, meski telah mengalami pengetatan moneter secara spartan sejak 2022.
Di sisi lain, pasar juga menunggu data inflasi Zona Euro yang diumumkan nanti malam juga. "Berkaca pada kenaikan inflasi IHK Jerman dan Prancis, pasar memprediksi inflasi IHK Zona Euro naik jadi 3%, dari bulan sebelumnya 2,4% year-on-year. Meski inflasi inti Euro diprediksi turun jadi 3,4%, kenaikan inflasi headline memicu kekhawatiran skenario penurunan bunga ECB mulai kuartal 1 ini sebanyak 170 bps sampai akhir 2024 akan sulit terwujud," jelas Lionel Prayadi, Fixed Income and Macro Strategist Mega Capital Sekuritas, dalam catatan Jumat (5/1/2024).
(rui/aji)