Logo Bloomberg Technoz

Juru bicara Lazada menegaskan bahwa pihaknya butuh mengevaluasi jumlah tenaga kerja sebagai bentuk mengantisipasi tantangan bisnis.

Periode PHK beberapa perusahaan startup dan teknologi besar. (Dok: Layoffs.fyi)

Analis Bloomberg Intelligence, Catherine Lim dalam catatannya, Jumat (5/1/2023) menjelaskan keputusan PHK Lazada erat kaitannya dengan upaya Alibaba menjalankan komitmen efisiensi pada jaringan bisnisnya di luar negeri.

Lazada memang menjadi kepanjangan tangan Alibaba di pasar Asia Tenggara. Berdiri sejak tahun 2012 dan hingga kini masif beroperasi di enam negara, termasuk Indonesia.

PHK  menjadi cara meningkatkan kesempatan meraih keuntungan di tahun ini, sama seperti yang dilakukan Sea, rival Lazada lewat platform Shopee-nya.

Keputusan PHK “dapat meredam kekhawatiran akan meningkatnya persaingan dari Shein, TikTok-GoTo, dan Temu dari PDD, terutama di Asia Tenggara, akan melemahkan prospek pendapatan Alibaba.”

Menurut The Edge Singapore, Lazada dan perusahaan induknya Alibaba telah mengalami sejumlah perubahan kepemimpinan sejak pertengahan 2022. 

Jelang tutup tahun 2023 beberapa perusahaan teknologi juga dilaporkan akan mengurangi karyawan, seperti Arm Holdings Plc yang memberhentikan lebih dari 70 insinyur bidang software mereka di China. Pada bulan November, Arm memberikan perkiraan penjualan yang buruk di tengah kemerosotan penjualan smartphone. 

Badai PHK di industri teknologi menembus 100.000 karyawan

Spotify hingga ByteDance juga memutuskan hal yang sama. Spotify Technology SA akan memangkas karyawan sebesar 17%, efek pertumbuhan yang melambat. Sedangkan ByteDance tengah menjalankan strategi efisiensi di bisnis gim, yang berdampak pada ratusan pekerja.

Berdasarkan laporan Bloomberg News,  ByteDance akan memecat beberapa ratus orang, menghentikan proyek yang sedang dikembangkan, dan mempertimbangkan potensi penjualan judul gim yang ada. Dari dalam negeri ada Carsome, aplikasi jual beli online, startup bidang teknologi kesehatan Halodoc.

Dalam catatan akhir tahun 2023, AC Ventures dan Bain & Co mengatakan bahwa ketidakpastian makro ekonomi berdampak pada bisnis. Para pemilik cenderung mengetatkan pengeluaran dan berharap startup yang mereka danai segera menghasilkan untung.

“Para investor  lebih fokus pada startup yang memiliki bisnis yang menguntungkan, penilaian yang lebih bijak, dan rencana yang jelas untuk mencapai keuntungan. Hal ini terlihat dari berkurangnya tingkat peralihan dari pendanaan awal (seed) ke putaran A atau B,” terang AC Ventures dan Bain & Co.

Dalam dua tahun memang menjadi periode paling menantang bagi para perusahaan startup di Indonesia, seperti disampaikan Investment Partner GDP Venture, Antonny Liem. Seluruh startup memiliki tujuan yang sama, untung. Bukan lagi bagaimana membesarkan valuasi startup. 

Dunia startup yang melesu, lanjut Antonny, dipengaruhi oleh investor yang wait and see akibat kenaikan cost of capital. Investor harus berulang kali mengkalkulasi target investasi mereka. Investor menyeleksi ketat, mana yang memiliki return of investment tertinggi dan risiko paling rendah.

“Kenaikan cost of capital ini dikarenakan faktor makro, seperti perang Rusia yang berdampak pada naiknya harga energi, pandemi Covid-19 mengganggu global supply chain dan lainnya,” jelas Antonny.

Secara umum, PHK merupakan upaya persiapan perusahaan yang percaya tantangan ekonomi membesar di masa mendatang, termasuk di tahun 2024. Permintaan masih lesu hingga mempengaruhi bisnis banyak perusahaan. Hal ini berimbas pada penurunan produksi.

“Jadi ini adalah fenomena yang kemudian diantisipasi para pelaku usaha di sektor industri dengan memangkas karyawannya melakukan efisiensi,” jelas Direktur Center of Economic and Law Studies (Celios) Bhima Yudhistira.

“Kalau efisiensi di bagian bahan baku tidak bisa dilakukan lagi, maka mereka terpaksa melakukan perubahan jam kerja, kalau itu tidak bisa lagi hal selanjutnya adalah PHK.” Indikasinya adalah data PMI Manufaktur yang belum kembali dari periode pra-pandemi.

Infografis Daftar Perusahaan Raksasa yang PHK Karyawan (Infografis/Bloomberg Technoz)

(wep)

No more pages