Sejumlah investor menyesuaikan kembali perkiraan pengguntingan suku bunga acuan Bank Sentral AS (Federal Reserve/The Fed) daripada data pekerjaan yang kuat. Data tersebut memberi gambaran perusahaan AS meningkatkan perekrutan pada Desember dan klaim pengangguran ada di bawah perkiraan.
Seperti yang diwartakan Bloomberg News, trader kini melihat sekitar 65% kemungkinan The Fed akan menurunkan suku bunga pada Maret, turun dari sekitar 85% pada minggu kemarin. Data pekerjaan AS utama hari Jumat untuk Desember mungkin menawarkan lebih banyak kejelasan tentang langkah selanjutnya untuk suku bunga.
Jumlah gaji non-pertanian kemungkinan meningkat 175.000 pada Desember, sementara tingkat pengangguran terlihat naik sedikit menjadi 3,8%, menurut para ekonom yang disurvei oleh Bloomberg.
"Tidak ada data yang menunjukkan urgensi dari pembuat kebijakan untuk mulai menormalkan tingkat bunga lebih rendah selama kuartal pertama," kata Ian Lyngen, Ahli Strategi di BMO Capital Markets.
Tim Research Phillip Sekuritas Indonesia memaparkan, dokumen FOMC Minutes, yang merupakan naskah dari pertemuan kebijakan Federal Reserve bulan lalu, mengubur harapan pemangkasan suku bunga acuan dalam waktu dekat. Para pejabat tinggi Federal Reserve sepakat bahwa suku bunga akan tetap tinggi untuk waktu yang lebih lama guna memastikan inflasi dapat dikendalikan.
“Hal ini mengguncangkan kepercayaan di lantai perdagangan, di mana investor berspekulasi bahwa pemangkasan suku bunga mungkin terjadi paling cepat pada Maret 2024 setelah pernyataan Federal Reserve di penutupan pertemuan kebijakan bulan lalu memberi indikasi adanya tiga pemangkasan suku bunga sepanjang tahun 2024,” tulis riset harian Tim Research Phillip Sekuritas.
Lebih lanjut, para pejabat tinggi Federal Reserve menegaskan bahwa kebijakan moneter seharusnya tetap ketat untuk beberapa waktu ke depan hingga inflasi secara berkesinambungan menuju target 2%.
Fokus perhatian investor sekarang bergeser pada rilis data pasar tenaga kerja (Non-Farm Payrolls/NFP) AS nanti malam.
Sebagai sentimen lanjutan, investor juga akan mencermati data inflasi zona euro dan Indeks Harga Produsen yang akan dirilis Jumat nanti, yang juga akan membantu membentuk ekspektasi terhadap kebijakan Bank Sentral Eropa.
Analis MNC Sekuritas Herditya Wicaksana memaparkan, IHSG menguat 1,11% ke 7.359 disertai dengan munculnya volume pembelian, penguatan IHSG pun telah mengenai target yang diberikan kemarin.
“Saat ini, posisi IHSG sudah berada di akhir wave v dari wave (i) dari wave [iii], hal tersebut berarti penguatan IHSG sudah cenderung terbatas untuk menguji area selanjutnya di 7.377-7.400,” papar Herditya dalam risetnya pada Jumat (5/1/2024).
Herditya juga memberikan catatan, namun demikian, waspadai akan adanya pembalikan arah (Koreksi) pada IHSG untuk membentuk awalan dari wave (ii) dari wave [iii], adapun saat ini potensi koreksi IHSG akan berada pada rentang 7.198-7.264 dan hal ini akan terjadi bila IHSG terkroeksi ke bawah 7.307 atau bahkan 7.245.
Bersamaan dengan risetnya, Herditya memberikan rekomendasi saham hari ini, ASII, BBCA, PTBA dan TOWR.
Kemudian, Analis Phintraco Sekuritas juga memaparkan, IHSG masih rawan koreksi di perdagangan hari ini, Jumat (5/1).
“Tetap waspadai potensi normal pullback pada IHSG di Jumat (5/1). Penguatan signifikan IHSG di Kamis (4/1) tidak diikuti ekspansi volume transaksi yang memadai,” tulisnya.
Melihat hal tersebut, Phintraco memberikan rangkuman rekomendasi saham hari ini, BBCA, BBRI, BBTN, ACES, HMSP dan MYOR.
(fad)