“Kedua, itu cuma meredam saja, misalnya meredam gejolak,” kata Esther.
Esther memberikan contoh, misalnya saat terjadi gejolak harga pangan, pemerintah biasanya akan meredamnya dengan memberikan bantuan, baik berupa bantuan langsung, subsidi, hingga pembagian BLT.
Ia menilai, kebijakan tersebut merupakan operasi pasar saja, yang dilakukan untuk meredam gejolak harga pangan yang meningkat. Lalu, kebijakan seperti itu tidak berdampak panjang, dan menurutnya gejolak pangan itu relatif volatile, maka operasi pasar seperti dinilai belum cukup.
“Ini ibarat api lagi terbakar, itu cuman sementara nanti nyala lagi, karena memang sementara, maka tidak disiram pakai air yang ‘segrojok’ itu, tapi disiramnya pakai kain basah,” terangnya.
Selanjutnya, Esther memberikan contoh negara dengan pemberian bansos yang dinilai efektif, ia memberikan contoh negara Belanda yang memiliki sistem jaminan sosial (social security) berupa dana jaminan untuk biaya hidup kepada lapisan masyarakat yang membutuhkan.
“Kalau bansos riil ya social security yang tersistematis, terjadwal dengan benar, seperti sistem social security di negara-negara lain. Kalau bansos yang ada, menurut saya itu bentuk dari instrumen operasi pasar. This is not social security, this is market operation,” kata Esther.
(azr/lav)