"Jadi sebenarnya ini bukan sulit hanya saja tidak didekati secara serius. Ini bukan sesuatu yang rumit, ini masalah apakah akan dikerjakan atau tidak. Insya Allah, kita akan mengatasi ini dengan serius," lanjutnya.
Lahan Pertanian Susut
Mari kita sedikit selami pernyataan Anies soal lahan pertanian. Apakah betul tidak ada penambahan?
Sepertinya memang demikian. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat total luas panen padi pada Januari-September 2023 adalah 8,66 juta hektar. Turun 0,03 juta hektar (0,38%) dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.
Sementara proyeksi luas panen padi sepanjang 2023 adalah 10,2 juta hektar. Berkurang 0,26 juta hektar (2,45%) dibandingkan 2022.
Kemudian produksi Gabah Kering Giling (GKG) pada Januari-September 2023 adalah 45,33 juta ton. Lebih rendah 0,11 juta ton (0,23%) dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.
Perkiraan produksi GKG pada 2023 adalah 53,63 juta ton. Terpangkas 1,12 juta ton (2,05%) dibandingkan 2022.
Sedangkan produksi beras sepanjang Januari-September 2023 adalah 26,11 juta ton. Turun 0,06 juta ton (0,22%) dibandingkan 9 bulan pertama 2022.
Angka ramalan produksi beras 2023 ada di 30,9 juta ton. Turun 0,65 juta ton (2,05%) dibandingkan 2022.
Petani Masih Miskin
Bukan hanya lahan pertanian yang menyusut, kesejahteraan petani juga menjadi tanda tanya. Mayoritas petani adalah petani gurem yang menguasai lahan kecil.
Berdasarkan Sensus Pertanian 2023, Rumah Tangga Usaha Pertanian (RTP) yang menguasai lahan kurang dari 1.000 meter persegi berjumlah 4,34 juta. Porsinya mencapai 70,31%. Mereka adalah petani miskin, yang sulit keluar dari jerat kemiskinan.
“Pada Maret 2022, persentase penduduk miskin di Indonesia tercatat 27,54 juta orang yang mayoritas tinggal di perdesaan. Rumah tangga miskin di perdesaan umumnya memiliki sumber penghasilan utama dari lapangan usaha pertanian. Mayoritas rumah tangga miskin dikepalai oleh seseorang yang bekerja di lapangan usaha pertanian.
“Selain miskin, RTP di Indonesia juga memiliki kendala dalam penyediaan pangan. Sekitar 45% RTP tidak mempunyai ketersediaan pangan yang cukup untuk setahun. Pada 2022, rumah tangga berstatus rawan pangan lebih banyak dialami oleh RTP dibandingkan non-RTP. Hal ini sangat disayangkan mengingat RTP merupakan salah satu produsen pangan,” ungkap riset BPS.
(aji/frg)