Pada Agustus, Taiwan mengusulkan untuk menaikkan total pengeluarannya untuk militer hampir 14% tahun ini, berkontribusi pada rekor peningkatan anggaran pemerintah yang meningkatkan pertahanannya dari lonjakan aktivitas militer China.
Februari lalu, pemerintah India memutuskan pengeluaran militer meningkat menjadi 4,33 triliun rupee (Rp 810,9 triliun) naik dari 4,1 triliun rupee tahun lalu.
Kementerian Pertahanan Indonesia juga pernah merencanakan anggaran pertahanan sebesar Rp 1.760 triliun yang belum disetujui untuk 25 tahun ke depan di tengah penurunan yang terus terjadi. Anggaran pertahanan tahun 2023 sebesar Rp 134,32 triliun, turun dari 2022 yang sebesar 133,4 triliun.
NATO
Bloomberg News melaporkan Februari bahwa negara-negara NATO mungkin setuju segera setelah musim panas ini untuk membelanjakan minimal 2% dari produk domestik bruto (PDB) mereka, sedikit melangkah dari janji negara-negara aliansi ini untuk “bergerak menuju 2%.”
Negara-negara NATO telah berjanji untuk membelanjakan lebih banyak untuk pertahanan setelah invasi Rusia ke Ukraina tahun lalu, tetapi banyak negara – termasuk Luksemburg, Kanada, dan Italia – masih berjuang untuk mematuhi pedoman lama.
Hal ini mempersulit NATO untuk memperkuat target secara signifikan.
Polandia yang telah merencanakan untuk membelanjakan 4% dari PDBnya untuk pertahanan. Perdana Menteri Inggris sebelumnya, Boris Johnson juga mendesak sekutu untuk mempertimbangkan belanja pertahanan melebihi 2%, dengan Inggris ingin mendorong melewati level saat ini sebesar 2,1%.
Uni Eropa
Sementara pekan lalu, dilaporkan oleh Bloomberg News bahwa Uni Eropa melirik peluang melonggarkan aturan batas utang ketat yang dikenakan pada pemerintah negara anggota jika mengalokasikan pengeluaran ekstra untuk pertahanan.
Pemerintah dapat diberikan waktu tambahan untuk menyeimbangkan anggaran mereka jika mereka berkomitmen pada serangkaian reformasi dan investasi yang meningkatkan potensi pertumbuhan mereka, memperkuat kesinambungan fiskal mereka dan menjalankan prioritas strategis Uni Eropa, “termasuk tantangan investasi publik untuk transisi hijau dan digital serta pembangunan kemampuan pertahanan.”
Saat ini, Uni Eropa sedang menjajaki opsi untuk bersaing dengan AS dan China dalam teknologi bersih atau canggih, serta mempersenjatai diri untuk melawan ancaman yang ditimbulkan oleh invasi Rusia ke Ukraina.
Dilaporkan Bloomberg News pada Februari, Jerman tengan mempertimbangkan untuk menambah anggaran pertahanannya hingga 10 miliar euro (Rp 162 triliun) tahun depan.
Investasi besar-besaran itu untuk membiayai pengeluaran tambahan yang dipicu perang Rusia dengan Ukraina. Sumber yang mengetahui rencana ini mengatakan Menteri Pertahanan Jerman, Boris Pistorius mendorong pengalokasian anggaran pertahanan tahun 2024 sebesar 60 miliar euro (Rp974 triliun).
(bbn)