Insentif khususnya diberikan kepada pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM), khususnya penerima KUR BPUM pelanggan listrik 450 sampai 900 VA.
Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Panjaitan mengelaborasi insentif tersebut penting untuk mengurai ketergantungan impor bahan bakar minyak (BBM) Indonesia.
“Mengingat ketersediaan bahan baku mineral bahan baku melimpah [di dalam negeri akan difokuskan] untuk penghiliran dan menciptakan lapangan kerja energi baru dan [mendongkrak] pendapatan negara. Faktor krusial dalam menciptakan ambisi tersebut adalah adopsi cepat [penggunaan EV],” tegasnya dalam konferensi pers, Senin (6/3/2023).
Sebelumnya, Sekretaris Umum Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) Kukuh Kumara mengestimasikan insentif yang akan diberikan oleh pemerintah tidak serta merta membuat permintaan mobil listrik di Indonesia melambung.
Penyebabnya, tidak bisa dimungkiri, keberterimaan masyarakat Indonesia terhadap kendaraan yang diklaim ramah lingkungan masih relatif rendah.
Belum lagi, sebut Kukuh, jumlah fasilitas pendukung seperti stasiun pengisian kendaraan listrik umum (SPKLU) yang masih sangat terbatas.
Demikian halnya dengan stasiun penukaran baterai kendaraan listrik umum (SPBKLU) yang dikhususkan untuk kendaraan roda dua atau sepeda motor listrik.
Walakin, Kukuh optimistis penjualan mobil listrik akan ikut terkerek perlahaan, seiring dengan tumbuhnya perekonomian nasional.
Apabila pertumbuhan ekonomi 2023 bisa melampaui atau setidaknya sama dengan tahun sebelumnya, yaitu 5,31%, Kukuh yakin permintaan masyarakat terhadap kendaraan listrik akan meningkat dengan sendirinya.
"Tahun lalu, penjualan kendaraan bermotor, termasuk mobil listrik naik. Pertumbuhan ekonomi berhasil mencapai 5,3%. Kalau tahun ini [pertumbuhan PDB di atas 5%] bisa kembali tercapai, tentunya [penjualan] bisa naik kembali," ujarnya ketika dihubungi oleh Bloomberg Technoz pada Rabu (22/02/2023).
Gaikindo mencatat akumulasi penjualan mobil listrik di Tanah Air sepanjang 2022 mencapai 15.437 unit. Realisasi tersebut meroket 383,46% dibandingkan dengan penjualan 2021 sebanyak 3.193 unit.
Dari keseluruhan penjualan mobil listrik, sebanyak 10.327 unit merupakan mobil listrik berbasis baterai atau battery electric vehicle (BEV). Penjualan mobil listrik jenis ini melesat 1.407,59% dari tahun sebelumnya yang tercatat hanya 685 unit.
Pada 2022, mobil listrik jenis hibrida (hybrid) juga berhasil terjual 5.100 unit, meningkat 106,23% dibandingkan dengan penjualan tahun sebelumnya sebanyak 2.473 unit.
Mobil listrik berbasis plug-in hybrid electric vehicle (PHEV) pada 2022 hanya terjual 10 unit. Jumlahnya menurun 71,43% dibandingkan dengann 2021 yang sejumlah 35 unit.
(wdh)