Logo Bloomberg Technoz

Mengutip data Badan Pusat Statistik (BPS), nilai ekspor Indonesia ke Korea Selatan selama 2022 mencapai US$ 10,65 miliar, naik 33,91% dibandingkan 2021. Pada Januari 2023, nilai ekspor Indonesia ke Korsel tercatat US$ 930,3 juta. Sedangkan impor Indonesia ke Negeri Kimchi itu mencapai US$ 9,92 miliar pada 2022, turun 14,91% dibandingkan 2021. Pada Januari 2023, nilai impor dari Korsel mencapai US$ 736,1 juta

Indonesia Dekati India

Bilateral Currency Swap Agreement dengan Korea Selatan dilatarbelakangi terjadinya banyak kerugian perusahaan Indonesia akibat tekanan nilai tukar. Dengan adanya BCSA, risiko nilai tukar bisa diminimalisasi dan para pengusaha bisa fokus pada kegiatan usahanya. Risiko nilai tukar biasanya terjadinya ketika sebuah perusahaan memperoleh pendapatan dalam rupiah akan tetapi memiliki eksposur pembiayaan valas yang membuatnya rentan dengan pergerakan kurs. 

Selain dengan Korsel, Indonesia juga memiliki perjanjian serupa dengan Reserve Bank of Australia (RBA), Bank Sentral China (PBoC), dengan Bank Sentral Malaysia (BNM), Bank Sentral Jepang (BoJ), dan dengan Otoritas Moneter Singapura (MAS). 

BI juga tengah menjajaki kemungkinan kerja sama dengan bank sentral India untuk memapankan sistem settlement dengan mata uang masing-masing, seperti dinyatakan oleh Gubernur BI Perry Warjiyo, Kamis pekan lalu. 

Pada November 2022, lima bank sentral di ASEAN yaitu Indonesia, Malaysia, Thailand, Malaysia, Filipina dan Singapura telah menandatangani Memorandum of Understanding (MoU) untuk kerjasama konektivitas pembayaran regional, di sela perhelatan G-20 di Bali ketika itu. 

Kerja sama pembayaran itu meliputi standar QR, setelmen memakai mata uang lokal, juga pembayaran cepat (fast payment). Kerja sama lima negara itu juga menyangkut manajemen nilai tukar, manajemen arus modal, regulasi dan pengawasan, jelas Perry seperti dikutip dari Bloomberg

Bukan hanya Indonesia dan negara-negara tetangga yang makin merapatkan kerja sama mata uang untuk mengimbangi risiko volatilitas kurs akibat dolar AS. Negara terbesar kedua di dunia China telah aktif mengajak mitra-mitra dagangnya untuk meninggalkan dolar dengan memperkuat kerjasama mata uang. Setelah dengan Arab Saudi, China juga menggandeng Israel, sekutu abadi AS.

Mengurangi Risiko Dolar AS

Pelaku industri menilai optimasi instrumen local currency settlement (LCS) bisa menjadi salah satu kunci agar dampak pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS tidak terlalu menghantam dunia usaha. 

Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia Arsjad Rasjid berujar Indonesia membutuhkan upaya minimalisasi ketergantungan terhadap mata uang dolar AS. Terlebih, inflasi di Negeri Paman Sam telah membuat kinerja rupiah tidak stabil. 

"Dalam menghadapi volatilitas nilai tukar mata uang global seperti dolar dan euro, Kadin mendukung penggunaan LCS sebagai solusi alternatif. Kami telah melihat bagaimana LCS telah meningkatkan perdagangan bilateral, misalnya perdagangan kami dengan Jepang telah meningkat sepuluh kali lipat dari 2020 hingga 2021 dari US$9,8 juta per bulan menjadi lebih dari US$100 juta setiap bulan," kata Arsjad, Sabtu (3/4/2023). 

Menurutnya, penggunaan mata uang lokal dalam perdagangan internasional lebih rasional bagi negara-negara, karena ketergantungan yang besar pada mata uang global utama akan mengikis nilai tunai mereka dengan proses beberapa konversi dan biaya bank. 

Pada 2021, bank sentral mencatat total nilai transaksi LCS mencapai US$ 2,53 miliar, meningkat signifikan dari tahun sebelumnya yang mencapai US$ 797 juta. Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo memproyeksikan transaksi tersebut akan tumbuh sebesar 10% pada 2022.

Semenjak AS menghadapi lonjakan inflasi terburuk dalam 40 tahun terakhir dan menyeret bank sentral The Federal Reserves berjibaku menerapkan kebijakan moneter paling agresif sejak tahun lalu, banyak negara menghadapi volatilitas mata uang akibat tekanan dolar AS. Rupiah termasuk yang terpuruk akibat kedigdayaan dolar membuat volatilitas nilai tukar makin tajam. Rupiah telah melemah selema empat pekan berturut-turut dan sempat terperosok ke posisi Rp 15.313/US$ pekan lalu. 

(rui)

No more pages