Logo Bloomberg Technoz

“Para peserta rapat menyebut penurunan inflasi terjadi selama 2023. Terdapat pergeseran ke arah yang lebih rendah dalam 6 bulan mendatang,” sebut notula rapat itu.

Akan tetapi, notula itu tidak menyatakan secara gamblang kapan Ketua Jerome Powell dan kolega akan mulai menurunkan suku bunga acuan. Apalagi sejumlah peserta rapat menyebut ada risiko baru yang menghantui perekonomian Negeri Paman Sam.

“Beberapa peserta rapat menyatakan bahwa ada risiko jika permintaan tenaga kerja terus melemah. Ini bisa membuat pasar tenaga kerja berubah cepat dari perlambatan secara gradual menjadi lebih parah,” lanjut notula itu.

Belum jelasnya prospek penurunan suku bunga acuan membuat dolar AS menguat. Kemarin, Dollar Index (yang mengukur posisi greenback di hadapan 6 mata uang utama dunia) ditutup naik 0,29% ke 102,494. Ini adalah yang tertinggi sejak 18 Desember atau 2 pekan terakhir.

Emas dan dolar AS memiliki hubungan yang berbanding terbalik. Saat dolar AS menguat biasanya harga emas tertekan.

Ini karena emas adalah aset yang dibanderol dalam dolar AS. Ketika dolar AS terapresiasi, emas jadi lebih mahal bagi investor yang memegang mata uang lain. Permintaan emas akan turun, dan harga pun mengikuti.

Analisis Teknikal

Secara teknikal dalam perspektif harian (daily time frame), emas kini sudah masuk zona bearish. Terlihat dari Relative Strength Index (RSI) yang sebesar 41,31. RSI di bawah 50 menandakan suatu aset sedang di posisi bearish.

Sementara indikator Stochastic RSI berada di angka 100. Sudah maksimal, sudah mentok, sudah jenuh beli (overbought).

Oleh karena itu, sepertinya koreksi harga emas masih akan terjadi meski relatif terbatas. Target support terdekat adalah US$ 2.040/ons. Penembusan di titik ini bisa membawa harga turun lagi menuju US$ 2.038/ons.

Sedangkan target resisten terdekat adalah US$ 2.048/ons. Jika tertembus, maka US$ 2.059/ons bisa menjadi resisten selanjutnya.

(aji)

No more pages