Pada 2022, ekonomi China tumbuh 3%. Cukup jauh di bawah target pemerintah yang sebesar 5,5% dan menjadi yang terendah sejak setidaknya 1992.
Ramalan untuk China
Proyeksi pemerintah China tidak jauh dari perkiraan Dana Moneter Internasional (IMF). Dalam World Economic Outlook edisi Januari 2023, IMF memperkirakan Produk Domestik Bruto (PDB) Negeri Panda tumbuh 5,2% tahun ini.
Bank Indonesia (BI) memperkirakan ekonomi China bisa tumbuh 5,1% tahun ini, dengan pencabutan kebijakan zero Covid-19. Awalnya, BI memperkirakan ekonomi China hanya tumbuh 4,6%.
“Pertumbuhan ekonomi Tiongkok berpotensi lebih tinggi dengan permintaan domestik yang meningkat sejalan dengan pembukaan ekonomi Tiongkok pascapenghapusan Zero Covid Policy,” kata Perry Warjiyo, Gubernur BI, dalam konferensi pers usai Rapat Dewan Gubernur (RDG) bulan lalu.
Namun proyeksi dari lembaga-lembaga lain lebih ‘kejam’. Bank Dunia dalam Global Economic Prospects edisi Januari 2023 memperkirakan ekonomi China tumbuh 4,3% tahun ini. Sedangkan proyeksi Organisasi untuk Kerja Sama Ekonomi dan Pembangunan (OECD) ada di 4,6%.
Indonesia Siap Jadi Runner-Up?
Pada masa jayanya, China beberapa kali membukukan pertumbuhan ekonomi hingga 2 digit. Ini membuat China menjadi salah satu negara dengan pertumbuhan ekonomi tercepat di dunia.
Di antara negara-negara G-20, China kerap kali menduduki peringkat teratas dalam hal pertumbuhan ekonomi. Namun tahun ini, kemungkinan itu tidak akan terjadi.
Sepertinya kali ini posisi China sebagai negara G-20 dengan pertumbuhan ekonomi tertinggi akan diambil alih oleh India. IMF memperkirakan ekonomi India tahun ini tumbuh 6,1%. Sementara proyeksi Bank Dunia dan OECD masing-masing 6,6% dan 5,7%.
Menariknya, bukan tidak mungkin posisi China di peringkat kedua juga terancam. Adalah Indonesia yang bisa saja menjadi negara dengan pertumbuhan ekonomi tertinggi kedua di G-20 tahun ini.
BI memperkirakan pertumbuhan ekonomi Tanah Air pada 2023 di sekitar 5,1%, lebih tinggi dari proyeksi Partai Komunis China untuk negaranya sendiri. Sementara proyeksi Bank Dunia dan OECD untuk pertumbuhan ekonomi Indonesia 2023 adalah 4,8% dan 4,7%, lebih tinggi ketimbang proyeksi untuk China.
Hati-hati Arab Saudi
Akan tetapi, sepertinya Indonesia akan bersaing dengan Arab Saudi untuk merebut posisi runner-up di bawah India. Arab Saudi akan sangat diuntungkan jika harga minyak dunia bergerak naik seiring dengan peningkatan permintaan di China selepas pencabutan kebijakan zero Covid-19.
Mengutip riset Goldman Sachs, reopening di China akan membuat permintaan minyak dunia naik 1 juta barel/hari. Pada gilirannya, harga minyak akan bertambah US$ 5/barel.
Sejak awal tahun, harga minyak jenis brent rata-rata adalah US$ 83,84/barel. Namun beberapa pihak memperkirakan harga si emas hitam akan naik. Economist Intelligence Unit memperkirakan rata-rata harga minyak brent pada 2023 bisa menyentuh US$ 85/barel.
Badan Energi Internasional (IEA) juga memperkirakan harga minyak bergerak ke utara. Dalam laporan Short Term Energy Outlook edisi Januari 2023, organisasi yang berkantor pusat di Paris (Prancis) itu memperkirakan rata-rata harga minyak brent pada kuartal I-2023 ada di US$ 83/barel, naik dari rata-rata kuartal sebelumnya yang US$ 81/barel.
“Sepanjang semester II-2023, kami perkirakan rata-rata harga brent di US$ 85/barel,” sebut laporan IEA.
Meski ada komitmen untuk diversifikasi, sampai saat ini minyak masih menjadi motor utama penggerak ekonomi Arab Saudi. Maklum, Arab Saudi adalah produsen utama minyak dunia. Data Organisasi Negara-negara Eksportir Minyak (OPEC) menyebutkan, Arab Saudi menguasai 17% dari total cadangan minyak dunia.
Oleh karena itu, Indonesia harus berusaha keras agar bisa menjadi negara terbaik kedua di G-20 dalam hal pertumbuhan ekonomi. Margo Yuwono, Kepala Badan Pusat Statistik (BPS), menyebut setidaknya ada 2 hal yang harus dilakukan untuk menggenjot pertumbuhan ekonomi.
Pertama adalah mendorong potensi ekonomi domestik, karena konsumsi rumah tangga menyumbang lebih dari separuh dalam pembentukan PDB nasional. Kedua, masih terkait dengan konsumsi, adalah menjaga inflasi.
“Inflasi tetap perlu menjadi perhatian karena akan mengganggu daya beli masyarakat,” kata Margo dalam jumpa pers awal bulan lalu.
(aji/roy)