Lelang hari ini dilangsungkan di tengah pergerakan yield yang kembali naik. Meski demikian, permintaan imbal hasil yang diajukan oleh peserta lelang di pasar primer hari ini terpantau lebih rendah dibanding lelang SUN sebelumnya.
Sebagai contoh, untuk seri FR0101 yang menjadi favorit, permintaan imbal hasil berkisar 6,54%-6,7%, lebih rendah dibanding lelang sebelumnya di mana yield yang diminta mencapai 6,67%-7%.
Pemerintah pun akhirnya memenangkan seri itu di tingkat yield rata-rata 6,58%, lebih rendah dibanding lelang sebelumnya di angka 6,7%.
Dari total nilai permintaan masuk dalam lelang hari ini, pemerintah akhirnya memenangkan senilai total Rp21,75 triliun, di bawah target indikatif Rp25 triliun. Seri terbanyak yang dimenangkan adalah tenor 10 tahun dengan nilai penyerapan mencapai Rp7,16 triliun.
Sepanjang 2023 lalu, total pembiayaan APBN 2023 mencapai Rp407 triliun. Angka ini adalah 96,6% dari target Perpres No 75/2023. "Realisasi pembiayaan utang turun 41% dibandingkan dengan 2022," kata Sri Mulyani dalam jumpa pers di kantornya, Jakarta, kemarin.
Pemerintah mencatat rasio defisit APBN terendah dalam satu dekade terakhir yang membuat kebutuhan pendanaan melalui penerbitan SBN juga turun.
Menurut analis, pemerintah akan sulit mengulang lagi capaian tersebut tahun ini.
"Sulit untuk mengulang lagi karena harga batu bara yang lebih rendah, juga ekspektasi pertumbuhan PDB [produk domestik bruto] yang rendah tahun ini di mana angka konsensus 4,9% dibandingkan dengan 2023 di 5%. Proyeksi kami, defisit APBN 2024 akan mencapai -2,3% dari PDB dengan total penerbitan SBN mencapai Rp1.228 triliun," jelas Lionel.
Selama 2023, harga batu bara bergerak di US$131,9 dibandingkan dengan harga proyeksi Kementerian ESDM 2023 sebesar US$201,1 per metrik ton.
(rui/aji)