Logo Bloomberg Technoz

Menggugat Pesimisme Pemerintah Hentikan Impor Beras

Dovana Hasiana
03 January 2024 17:30

Bongkar muat beras bulog impor dari Vietnam di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Kamis (12/10/2023). (Bloomberg Technoz/Andrean Kristianto)
Bongkar muat beras bulog impor dari Vietnam di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Kamis (12/10/2023). (Bloomberg Technoz/Andrean Kristianto)

Bloomberg Technoz, Jakarta - Presiden Joko Widodo menyampaikan pengakuan bahwa sulit bagi pemerintah menghentikan impor beras. Alasannya, produksi nasional tak bisa mencukupi kebutuhan seluruh rakyat. Impor beras jadi solusi tunggal menutup kekurangan stok dalam negeri.

"Kita ini ingin tidak impor beras lagi, tapi itu dalam praktiknya sangat sulit. 280 juta penduduk, semua butuh makan," ungkap Jokowi di Jawa Tengah, kemarin.

Pesimisme Jokowi menghentikan impor beras mengundang skeptis para ekonom. Peneliti Center of Food, Energy and Sustainable Development Indef, Rusli Abdullah mempertanyakan kabar surplus produksi beras sebanyak 1,5 juta hingga 2,5 juta ton beras sejak tahun 2018 hingga 2023. 

Apalagi, kata dia, Indonesia juga sudah melakukan pembenahan data produksi beras pada tahun 2018 dengan menggunakan metode kerangka sampling area atau KSA. 

“Indonesia sebenarnya sudah bisa surplus beras sejak adanya pembenahan data produksi beras tahun 2018 menggunakan metode KSA itu kita jadi lebih presisi dalam memprediksi produksi beras atau menghitung produksi beras nasional. Sejak tahun 2018 hingga tahun kemarin at least kita tiap tahun surplus beras 1,5-2,5 juta ton,” ujar Rusli saat dihubungi Bloomberg Technoz, Rabu (3/1/2024).