Negara-negara eksportir batu bara seperti Mongolia, Rusia, Amerika Serikat (AS), Kanada, dan Afrika Selatan akan terkena tarif 6% untuk batu bara termal yang dipakai untuk pembangkit listrik, serta 3% untuk batu bara kokas yang digunakan oleh pabrik baja.
Negara-negara di luar preferensial akan dikenakan tarif 20% untuk pengiriman batu bara ke Negeri Panda. Sementara itu, Indonesia dan Australia terbebas dari hambatan tarif tersebut lantaran sudah memiliki pakta perdagangan bebas atau free trade agreement (FTA) dengan Beijing.
Negara-negara tersebut memang sangat memengaruhi rantai pasok batu bara global. Rusia, misalnya, telah menjadi pengirim batu bara kedua terbesar ke China setelah Indonesia, dan pernah mencapai volume ekspor ke China sebanyak 100 juta ton pada Juni 2023.
Selain itu, Indonesia juga menjadi pemasok batu bara termal terbesar di China yang setidaknya mengambil porsi lebih dari 50% di Negeri Panda itu.
Harga batu bara anjlok pada perdagangan tahun lalu. Memasuki tahun yang baru, harga si batu hitam belum bisa bangkit malah terus terpuruk.
Pada Selasa (2/1/2024), harga batu bara di pasar ICE Newcastle ditutup di US$127,75/ton, anjlok 12,74% sekaligus jadi yang terendah sejak 28 November 2023.
Dalam sepekan terakhir, harga batu bara jatuh 9,35% secara point-to-point. Selama sebulan ke belakang, harga terkoreksi 2,3%.
Sebagai informasi, harga batu bara ambruk 63,78% sepanjang 2023. Koreksi ini memutus rantai kenaikan yang sebelumnya terjadi 3 tahun beruntun.
(ibn/wdh)