Sebelumnya, pada 21 Januari 2020, perusahaan menerbitkan US$1,5 miliar, disusul US$1,45 miliar bulan berikutnya. Setahun sebelumnya, 19 Juli 2019, penerbitan surat utang perseroan mencapai US$1,5 miliar dan pada 7 November 2018 mencapai US$750 juta.
Nilai-nilai tersebut belum termasuk obligasi yang diterbitkan sepanjang 2011—2014 yang jumlahnya mencapai US$7,75 miliar.
Terkait dengan hal itu, Direktur Eksekutif Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Tauhid Ahmad mengatakan kebakaran yang terjadi di depo Pertamina Plumpang ikut berdampak pada menurunnya minat investor untuk menanamkan modalnya di sektor migas, khususnya Pertamina dan anak-anak usahanya.
Bagaimanapun juga, kata Tauhid, investor tidak ingin mengalami kerugian akibat insiden yang seharusnya bisa dimitigasi.
Terlebih, lanjutnya, kejadian kebakaran di fasilitas vital milik perusahaan pelat merah itu bukan pertama kalinya terjadi. Bahkan, dalam tiga tahun terakhir setidaknya terdapat tiga kasus kebakaran yang terjadi di lingkungan kerja Pertamina.
"Insiden seperti itu tentu saja berdampak pada berjalannya bisnis. Biaya yang dikeluarkan tentunya bakal makin besar apabila terjadi insiden, apalagi yang sampai mengganggu jalannya operasional secara keseluruhan atau mengganggu suplai jika bicara industri hilir migas ini," katanya ketuka dihubungi oleh Bloomberg Technoz, Senin (6/3/2023).
Menurut Tauhid, agar minat investor tidak turun, Pertamina harus bisa memastikan seluruh fasilitas miliknya—khususnya yang berisiko tinggi—dioperasikan dengan sistem keamanan sesuai standar internasional nol insiden.
Selain itu, pemerintah juga harus bisa tegas menegakkan aturan yang berkaitan dengan keamanan objek berisiko tinggi, seperti kilang dan depo BBM.
"Harus ada kebijakan yang tegas. Kita lihat nanti bagaimana untuk relokasi ini karena sudah tidak sesuai dengan standar keamanan. Demikian juga untuk ketegasan aturan mengenai penerapan standar keamanan itu juga diperlukan untuk meyakinkan [investor]," tuturnya.
Kebakaran depo Pertamina Plumpang pada Jumat (3/3/2023) bukan kasus pertama yang menimpa depo tersebut. Pada 2009, depo yang mulai beroperasi pada 1974 itu pernah mengalami kebakaran yang menimbulkan kerugian hingga Rp17 miliar.
Meskipun menimbulkan kerugian materiel yang tidak sedikit, kebakaran tersebut tidak sampai menjalar ke permukiman warga yang berada di sekitar depo Pertamina Plumpang.
Selain TBBM Plumpang, fasilitas vital milik Pertamina yang pernah mengalami kebakaran adalah Kilang Minyak Unit IV di Cilacap, Jawa Tengah. Kilang tersebut mengalami dua kali insiden yang sama pada 11 Juni 2021 dan 16 November 2021.
Kemudian, Kilang Pertamina RU VI di Balongan, Indramayu, Jawa Barat juga mengalami kebakaran hebat pada 29 Maret 2021. Kebakaran yang terjadi di kilang tersebut diketahui diakibatkan oleh kebocoran gas.
(wdh)