Seperti yang diwartakan Bloomberg News, merosotnya obligasi di seluruh dunia mencerminkan tanda ragu-ragu bahwa para pengambil kebijakan akan melonggarkan sebesar apa yang diperkirakan oleh pasar, seiring dengan itu Bank Sentral enggan untuk menghentikan upaya melawan inflasi yang terlalu cepat.
Trader dan investor tengah menanti rilis risalah rapat The Fed terbaru pada Rabu. Nadanya diperkirakan akan hawkish, menurut Ian Lyngen dari BMO Capital Markets.
“Kejutan yang bersifat dovish, meski tidak mungkin terjadi, akan memiliki nilai kejutan yang jauh lebih besar bagi pasar yang sudah tidak lagi menganggap remeh The Fed dan memilih pendekatan yang lebih skeptis,” tulis Ahli Strategi tersebut.
Dalam kesempatan yang berbeda Helen Give, trader spot FX di Monex USA menerangkan hal yang sama, “Pasar, pada tahun yang masih baru ini, belum sepenuhnya memutuskan apa kasus dasarnya.”
“Kami masih tidak percaya The Fed akan menurunkan suku bunga secepatnya pada Maret, dan risalah rapat besok kemungkinan akan membuktikan bahwa kami lebih benar daripada tidak,” jelasnya.
Tim Research Phillip Sekuritas Indonesia memaparkan, selain itu, sejumlah indeks di Asia memang rentan koreksi setelah mencatatkan kinerja yang solid di tahun 2023, di tengah semakin besarnya spekulasi bahwa Bank Sentral AS (Federal Reserve) akan memangkas suku bunga acuan di awal 2024.
“Sinyal mengenai pemangkasan suku bunga ini akan diberikan antara lain oleh rilis data pasar tenaga kerja (Non-Farm Payrolls) AS untuk bulan Desember akhir pekan ini,” tulis riset harian Tim Research Phillip Sekuritas.
Dari dalam negeri, data S&P Global Manufacturing PMI Indonesia menguat ke level 52,2 di Desember dari level sebelumnya 51,7. Ini menandakan ekspansi aktivitas sektor manufaktur selama 28 bulan berturut-turut dan dengan laju tercepat sejak September 2023.
Laju inflasi (Consumer Price Index/CPI) Indonesia melambat menjadi 2,61% year-on-year di bulan Desember dari 2,86% di November. Angka tersebut juga tetap bertahan di dalam kisaran target inflasi 2%–4% yang ditetapkan oleh Bank Indonesia (BI) selama 8 bulan beruntun.
Inflasi Inti (Core CPI) juga tumbuh melambat menjadi 1,80% year-on-year, terendah dalam dua tahun dari sebelumnya 1,87% di November.
Analis MNC Sekuritas Herditya Wicaksana memaparkan, IHSG menguat 0,7% ke 7.323 disertai dengan munculnya volume pembelian.
“Penguatan IHSG menembus area resistance di 7.308, dengan demikian posisi IHSG saat ini diperkirakan masih berada di akhir wave v dari wave (i) dari wave [iii],” papar Herditya dalam risetnya pada Rabu (3/1/2024).
Herditya juga memberikan catatan, hal tersebut berarti, IHSG masih berpeluang menguat untuk menguji 7.340-7.355. Namun, tetap waspadai akan adanya koreksi dari IHSG yang mengarah ke 7.181-7.245 untuk membentuk awal dari wave (ii) dari wave [iii].
Bersamaan dengan risetnya, Herditya memberikan rekomendasi saham hari ini, BMRI, DOID, INCO, dan PTRO.
Kemudian, Analis Phintraco Sekuritas juga memaparkan, IHSG berpotensi fluktuatif dalam rentang 7250-7300 di Rabu (3/1). Seiring dengan itu, IHSG masih menjaga bullish trend dengan rebound Selasa (2/1). Akan tetapi, volume transaksi cenderung turun sejak pertengahan Desember 2023. Kondisi ini diikuti sinyal overbought pada Stochastic RSI (2/1).
“Wall Street alami profit taking, IHSG diperkirakan sideways,” tulisnya.
Melihat hal tersebut, Phintraco memberikan rangkuman rekomendasi saham hari ini pada saham-saham energy-related, seperti PGEO, ADRO, dan basic materials, seperti BRPT, ESSA dapat diperhatikan di Rabu (3/1).
(fad/wdh)