Bloomberg Technoz, Jakarta - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menutup perdagangan Sesi II di awal tahun 2024 hari ini dengan penguatan, bahkan IHSG menjadi salah satu yang tertinggi di Asia.
Pada Selasa (2/1/2024), IHSG parkir di 7.323,58 pada penutupan perdagangan. Naik 0,7% dibandingkan penutupan perdagangan hari sebelumnya.

Sejumlah saham mencatat kenaikan luar biasa dan menjadi top gainers. Di antaranya adalah PT Ancora Indonesia Resources Tbk (OKAS) yang melonjak 34,4%, PT ERA Media Sejahtera Tbk (DOOH) dan PT Bekasi Asri Pemula Tbk (BAPA) melesat masing-masing 32,5 dan 17,9% serta PT Mitra International Resources Tbk (MIRA) bertambah 14,2%.
Sedangkan sejumlah saham yang melemah dan menjadi top losers di antaranya PT Darmi Bersaudara Tbk (KAYU) yang anjlok 34,7%, PT Venteny Fortuna International Tbk (VTNY) jatuh 25%, dan PT Himalaya Energi Perkasa Tbk (HADE) ambruk 25%.
IHSG menjadi sedikit dari Bursa Asia yang mampu menguat. Selain IHSG, indeks lain yang finis di jalur hijau adalah PSEI (Filipina), SETI (Thailand), dan juga Kospi (Korea Selatan) yang menguat masing-masing 1,61%, 1,14%, dan 0,55%.
Jadi, IHSG adalah indeks dengan penguatan terbaik ketiga di Asia, hanya kalah dari PSEI dan SETI.
Sementara bursa saham Asia didominasi warna merah. Hang Seng (Hong Kong), Shenzhen Comp. (China), Sensex (India), TW Weighted Index (Taiwan), Shanghai Composite (China), Straits Times (Singapura), KLCI (Malaysia), terpangkas masing-masing 1,52%, 0,76%, 0,52%, 0,43%, 0,43%, 0,32% dan 0,11%.
Salah satu sentimen positif yang beredar di dalam negeri datang dari indeks aktivitas manufaktur 2023. Indonesia berhasil mencatatkan angka PMI terbaik di kawasan ini sebesar 52,2, sedangkan Filipina berada di angka 51,5.
Berseberangan dengan pencapaian RI, sebagian besar pabrikan di Asia mengalami perlambatan dalam pesanan dan produksi baru, sementara biaya input meningkat, menurut data Purchasing Managers' Index (PMI) yang diterbitkan pada Selasa (2/1/2024) oleh S&P Global, seperti yang diwartakan Bloomberg News.
Hal ini terjadi setelah penurunan serupa terjadi di China, di mana ukuran resmi aktivitas pabrik turun ke level terendah dalam enam bulan di angka 49 pada bulan Desember.
Aktivitas manufaktur di Asia Tenggara juga menyusut pada Desember, dengan Thailand, Myanmar dan Vietnam masih berada di zona merah.
“Meskipun penurunan yang terjadi baru-baru ini di sektor manufaktur ASEAN secara keseluruhan hanya bersifat ringan, tanda-tanda pelemahan permintaan yang semakin besar dapat mengakibatkan pengurangan produksi baru saat kita memasuki 2024,” kata ekonom S&P Global Maryam Baluch, mengacu pada 10 negara wilayah Asia Tenggara.
Menyusul sentimen selanjutnya dari dalam negeri, Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan data inflasi Desember 2023 siang tadi, Selasa (2/1/2024).
Plt. Kepala BPS Amalia Adininggar Widyasanti melaporkan terjadi inflasi 0,41% pada Desember dibandingkan bulan sebelumnya (month-to-month/mtm). Lebih tinggi dibandingkan bulan sebelumnya yang sebesar 0,38% mtm.
Dibandingkan Desember 2022 (year-on-year/yoy), laju inflasi tercatat 2,61%. Lebih rendah dibandingkan bulan sebelumnya di mana terjadi inflasi 2,86% yoy.
Inflasi yoy pada Desember sama dengan inflasi tahun kalender (year-to-date/ytd). Jadi inflasi Tanah Air sepanjang 2023 adalah 2,61%.
Angka tersebut lebih rendah dibandingkan inflasi 2022 yang sebesar 5,51%. Namun masih lebih tinggi dibandingkan 2021 yang hanya 1,87%.
Dengan demikian, inflasi tahunan searah dengan asumsi APBN 2023 sebelumnya di 2%–4% yoy pada 2023.

Pemerintah melalui Kementerian Keuangn memiliki estimasi pertumbuhan tahun 2023 akan mencapai 5,05% atau melemah dibandingkan periode sebelumnya di 5,31%. Menurut Menkeu Sri Mulyani hal ini disebabkan oleh efek dari perekonomian dunia.
"Kinerja ekonomi resilient di tengah pelemahan global. Ekonomi kita masih tumbuh, diperkirakan 5% sampai akhir tahun," kata Bendahara Negara itu.
(fad/wep)