Indikator kedua, tambah Suminto, adalah rasio utang valas. Rasio ini penting karena menentukan risiko kurs dari utang pemerintah.
"Currency risk, proporsi utang valas terus turun. Sebelum pandemi, pada 2019, utang valas itu 37,9%. Pada 2018 malah 41%. Per November, utang valas hanya 27,5%," terangnya.
Indikator ketiga, menurut Suminto, adalah risiko pembiayaan. Jika rata-rata tenor utang semakin pendek, maka risikonya makin tinggi.
"Rata-rata tenor urang pemerintah cukup panjang sekitar 8,1 tahun," ujarnya.
Indikator keempat, demikian Suminto, adalah risiko suku bunga. "Mayoritas, sekitar 82%, utang pemerintah menggunakan fixed rate sehingga tidak sensitif terhadap pergerakan suku bunga di pasar," imbuhnya.
(aji)
No more pages