Pekan ini, pelaku pasar akan mencermati rilis data ketenagakerjaan Amerika yang bisa menjadi petunjuk arah bunga ke depan. Data pasar tenaga kerja AS yang dirilis sebelumnya masih memberikan sinyalemen bahwa perekonomian di negeri itu masih panas dan pasar tenaga kerja ketat.
Dari dalam negeri, rupiah juga belum mendapatkan sokongan yang dibutuhkan. Bank Indonesia (BI) telah menggelar penjualan instrumen Term Deposit Valas Devisa Hasil Ekspor (TD Valas DHE) yang hasilnya diumumkan pada 2 Maret lalu.
Transaksi perdana itu tercatat sepi peminat. Total penawaran yang masuk hanya untuk tenor 1 bulan dengan tawaran imbal hasil 4,64% senilai US$ 15 juta atau sekitar Rp 229,54 miliar.
Untuk tenor 3 bulan dan 6 bulan tidak ada penawasan yang masih sama sekali. Hasil lelang TD Valas DHE perdana itu membuat otot rupiah tidak mendapatkan sokongan yang tengah dibutuhkan.
Pelemahan rupiah tidak sendirian. Di kawasan Asia Tenggara, hampir semua mata uang tiarap di hadapan dolar AS. Dolar Singapura melemah ke posisi SG$ 1,3455/US$. Lalu, peso Filipina juga merosot ke posisi PHP 54,881/US$. Sedangkan pairing USD/MYR bergerak ke posisi MYR 4,4692/US$.
Tekanan terhadap mata uang Garuda akan semakin intensif jelang berlangsungnya rapat The Fed berikutnya pada 22 Maret. Hari ini aset rupiah masih akan menghadapi tekanan jual walau dengan laju yang lebih lambat mengarah ke kisaran Rp 15.310/US$ disusul kenaikan yield SUN 10 tahun ke kisaran 6,99% hari ini, demikian prediksi Samuel Sekuritas dalam catatan pagi. Sampai pukul 09:43 WIB, imbal hasil SUN 10 tahun sedikit turun ke 6,963%.
(rui)