Industri perdagangan berkontribusi 24,4% terhadap penerimaan pajak. Angkanya tumbuh 7,2%. turun drastis dibanding pertumbuhan tahun sebelumnya , 46,4%.
"Sektor industri pengolahan dan perdagangan mengalami perlambatan karena moderasi harga komoditas dan penurunan nilai impor," ujar Sri Mulyani.
Sektor pertambangan berkontribusi 9,4% terhadap penerimaan pajak. Kinerja sektor pertambangan tumbuh 28,7%, jauh lebih rendah dibanding pertumbuhan tahun sebelumnya, 101%. Perlambatan pertumbuhan disebabkan moderasi harga komoditas.
Sektor konstruksi dan real estate berkontribusi 4,4%, ditopang oleh peningkatan kegiatan konstruksi dan penjualan real estate. Hal ini dilakukan dengan berbagai upaya insentif perpajakan.
Sektor transportasi dan pergudangan berkontribusi 4,4% terhadap penerimaan pajak. Penerimaan dari industri ini tumbuh sejalan dengan meningkatnya mobilitas masyarakat, perjalanan wisata, dan aktivitas angkutan laut untuk barang.
Selanjutnya, sektor informasi dan komunikasi berkontribusi 3,4%, tumbuh sejalan dengan peningkatan teknologi informasi. Terakhir, sektor jasa perusahaan berkontribusi 3,3%, tumbuh sejalan dengan peningkatan permintaan jasa.
Berdasarkan data Kemenkeu, penerimaan perpajakan tercatat sebesar Rp2.155,4 triliun pada 2023 atau 101,7% dari target pemerintah yang sebesar Rp2.118,3 triliun. Angkanya tumbuh 5,9% dari penerimaan perpajakan 2022 yang sebesar Rp2.034,5 triliun.
"Penerimaan pajak pada 2023 sebesar Rp1.869,2 triliun atau 102,8% dari target pemerintah. Penerimaan pajak tumbuh 8,9% dibanding tahun sebelumnya," kata Sri Mulyani dalam Konferensi Pers APBN Kita, Selasa (2/1/2024).
Bendahara Negara menyebut pertumbuhan itu sangat baik karena pada 2022 setoran pajak tumbuh dua digit. "Penerimaan pajak ini hattrick. Dari 2021, 2022, dan 2023 di atas target," tegasnya.
Sementara itu, penerimaan bea dan cukai tercatat Rp286,2 triliun atau hanya 95,4% dari target pemerintah yang sebesar Rp300,1 triliun.
(lav)