Logo Bloomberg Technoz

"Penerimaan cukai, kontributor terbesar, ada beberapa kebijakan yang memang by design dan itu mempengaruhi. Salah satunya kenaikan tarif cukai tembakau, dan naiknya cukup besar 10% yang menyebabkan produksi rokok mengalami penurunan terutama Golongan I yang turun sampai 14%. Ini yang raksasa-raksasa, yang paling besar," jelas Sri Mulyani.

Secara umum, tambah Sri Mulyani, produksi rokok turun 1,8%. Ini adalah hal yang diharapkan, yaitu berkurangnya konsumsi rokok.

Sementara penerimaan bea masuk tercatat Rp 50,8%. Angka ini 95,8% dari target APBN.

"Turun 6,8% karena nilai impor turun 6,8%. Tarif efektif sebenarnya 1,43%, sedikit lebih tinggi dibandingkan 2022 yang 1,35%," kata Sri Mulyani.

Sedangkan setoran bea keluar adalah Rp 13,5 triliun atau hanya 68,3% dari target APBN. Menurut Sri Mulyani, ini disebabkan oleh harga CPO yang turun sangat tajam dan kebijakan hilirisasi.

"Dengan bahan-bahan mineral yang tidak boleh diekspor dalam bentuk mentah, langsung bea keluar drop. Ini mencerminkan kebijakan hilirisasi," tuturnya.

Kepabeanan dan cukai, demikian Sri Mulyani, jangan hanya dipandang dari setoran ke kas negara. Sebab, pos ini juga didesain untuk melindungi kepentingan negara.

"Pabean dan cukai tidak hanya masalah penerimaan negara, tetapi menjaga kegiatan-kegiatan yang penting," ujarnya.

(aji)

No more pages