Dampak kenaikan harga BBM pada September 2022, lanjut Amalia, memang sempat memberikan tekanan inflasi. Namun pada 2023, khususnya saat memasuki kuartal III, efeknya sudah memudar bahkan bisa dikatakan hilang.
Selain base effect akibat harga BBM, tambah Amalia, rendahnya inflasi juga dipicu oleh penurunan konsumsi masyarakat untuk sejumlah pengeluaran. Misalnya adalah untuk air, listrik, bahan bakar rumah tangga, dan transportasi.
Di sisi lain, harga kebutuhan pokok justru naik. Beras menjadi yang paling mencolok sepanjang 2023.
"Jika dirinci berdasarkan kelompok pengeluaran, tertinggi adalah makanan, minuman, dan tembakau yang mengalami inflasi 6,18% dengan andil 1,6% terhadap inflasi umum. Komoditas yang mengalami inflasi tertinggi adalah beras dengan andil 0,53%," papar Amalia.
Di bawah beras, lanjut Amalia, adalah cabai merah yang menyumbang inflasi tertinggi dengan andil 0,24%. Disusul oleh rokok kretek filter 0,17%, dan cabai rawit 0,1%.
(aji)