“Tidak ada negara lain yang dapat menerima pasokan sebesar ini,” Su Huipeng, analis Asosiasi Transportasi dan Distribusi Batubara China, mengatakan pada sebuah pengarahan pekan lalu. “Eksportir harus memotong harga dan menanggung biaya pajak tambahan.”
Penjualan batu bara bulanan Rusia ke China telah menurun sejak mencapai puncaknya sebesar lebih dari 10 juta ton pada Juni 2023 karena pengiriman batu bara tersebut menjadi kurang kompetitif dibandingkan dengan negara asal lainnya, sebuah dinamika yang hanya akan memburuk ketika pajak diberlakukan kembali.
Sementara itu, pesaing seperti Australia dan pemasok utama Indonesia terlindung dari bea masuk karena perjanjian perdagangan bebas yang dibuat dengan Beijing. Moskwa juga mengenakan pajak atas penjualannya di luar negeri untuk membantu membiayai perangnya.
Bea masuk China untuk negara-negara yang paling diuntungkan, termasuk Rusia, Mongolia, Afrika Selatan, dan Amerika Serikat, telah kembali ke tarif 6% untuk batu bara untuk listrik dan pemanas dan 3% untuk batu bara kokas yang digunakan oleh pabrik baja.
China mempunyai banyak batu bara termal, tetapi pada umumnya kekurangan jenis kokas untuk pembuatan baja, sehingga hal ini dapat membantu membatasi dampak pungutan terhadap impor batu bara tersebut.
Batu bara dari negara lain yang tidak menikmati status preferensi akan dikenakan pajak sebesar 20%.
(bbn)