PMI Korea Selatan turun sedikit menjadi 49,9, di bawah garis batas 50 yang memisahkan ekspansi dan kontraksi. Meskipun kinerja ekspor negara ini membaik, S&P Global mencatat adanya penurunan pesanan baru setiap bulannya karena melemahnya perekonomian dalam negeri dan melambatnya permintaan China.
Aktivitas manufaktur di Asia Tenggara juga menyusut pada Desember; dengan Thailand, Myanmar dan Vietnam masih berada di zona merah. Indonesia mencatatkan angka PMI terbaik di kawasan ini sebesar 52,2, sedangkan Filipina berada di angka 51,5.
“Meskipun penurunan yang terjadi baru-baru ini di sektor manufaktur ASEAN secara keseluruhan hanya bersifat ringan, tanda-tanda pelemahan permintaan yang semakin besar dapat mengakibatkan pengurangan produksi baru saat kita memasuki 2024,” kata ekonom S&P Global Maryam Baluch, mengacu pada 10 negara blok Asia Tenggara.
“Produsen di seluruh wilayah mengharapkan peningkatan pesanan baru untuk membantu mendukung pertumbuhan di tahun mendatang.”
Data PMI terbaru dari Asia menunjukkan bahwa pemulihan mungkin masih jauh bagi pusat manufaktur dunia. Hal ini juga menandakan adanya tantangan yang lebih besar dalam perdagangan global karena kekeringan El Nino menyebabkan kembalinya inflasi pangan, sementara serangan di Laut Merah menghambat rantai pasokan komoditas penting seperti minyak.
Pelemahan yang terus berlanjut di kawasan ini akan menambah hambatan terhadap pertumbuhan global yang diperkirakan akan kembali melambat pada tahun ini.
(bbn)