Juru bicara ASML menolak berkomentar.
Penasihat Keamanan Nasional AS Jake Sullivan menelepon pemerintah Belanda tentang masalah ini akhir tahun lalu, kata sumber tersebut, dan para pejabat Belanda meminta AS untuk menghubungi ASML secara langsung mengenai pengiriman peralatan tersebut, yang disebut mesin litografi ultraviolet dalam perendaman.
Pengiriman mesin dalam jumlah terbatas dibatalkan menyusul permintaan AS, kata sumber tersebut, meskipun belum jelas berapa banyak perangkat tersebut, yang masing-masing bernilai puluhan juta dolar, yang terlibat.
Juru bicara Dewan Keamanan Nasional Gedung Putih dan Kementerian Luar Negeri Belanda menolak berkomentar.
Tekanan AS terhadap perusahaan yang berbasis di Veldhoven dimulai pada 2019, ketika pemerintahan Presiden Donald Trump mendorong pemerintah Belanda untuk melarang penjualan mesin litografi ultraviolet ekstrem ASML yang paling mutakhir ke China.
ASML adalah satu-satunya perusahaan yang membuat teknologi ini, yang digunakan untuk membuat semikonduktor yang memberi daya pada segala hal mulai dari ponsel pintar hingga perlengkapan militer canggih.
Kemudian, karena dorongan pemerintahan Biden, pemerintah Belanda makin memperketat kontrol ekspor terhadap China pada tahun lalu, dengan membatasi mesin DUV, lini produk tercanggih kedua yang ditawarkan perusahaan tersebut mulai 1 Januari. Sejak saat itu, China bergegas menimbunnya.
Antara Juli dan November, impor mesin litografi China melonjak lebih dari lima kali lipat menjadi US$3,7 miliar, menurut data bea cukai China.
China menyumbang hampir setengah dari penjualan ASML pada kuartal ketiga – dibandingkan dengan 24% pada kuartal sebelumnya dan 8% dalam tiga bulan yang berakhir pada bulan Maret – karena perusahaan-perusahaan di sana terburu-buru mengimpor mesin-mesin tersebut sebelum kontrol ekspor diberlakukan.
Chief Executive Officer ASML yang akan keluar, Peter Wennink, mengatakan kepada investor pada bulan Oktober bahwa pembatasan baru akan memengaruhi hingga 15% penjualan perusahaan tersebut di China.
Wennink secara terbuka menentang tindakan tersebut dan memperingatkan bahwa tindakan tersebut mungkin mendorong China untuk mengembangkan teknologi pesaing.
“Makin Anda menempatkan mereka di bawah tekanan, makin besar kemungkinan mereka akan menggandakan upaya mereka,” katanya tahun lalu dalam sebuah wawancara dengan Bloomberg News.
(bbn)